Buat kamu yang hari ini ngerayain Idul Adha selamat ya, perlu tahu Makna Filosofis “QURBAN” untuk Gen Z. Apalagi semalam Timnas Indonesia menang ngelawan China, dan memastikan Indonesia lolos ke babak 4 menuju Piala Dunia. Selamat juga buat kamu yang ikut berkurban, entah sebagai peserta atau sebagai panitia.
Banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil pada perayaan ini, orang biasa menyebutnya hari Raya Haji, karena hari ini, para jemaah haji, Wukuf di Arafah. Pada tulisan kali ini saya ingin ngangkat terkait dengan Gaya Hidup Gen Z saat ini kaitannya dengan Hari Raya Idul Adha.
Hari Raya idul adha bukan sekedar perayaan qurban. Nyate daging pada malam hari atau bikin soto daging untuk disantap bersama. Di balik ritualnya, sebenarnya ada hal yang sangat relevan dalam Gaya hidup saat ini, terutama untuk Gen Z.
Sebagai Gen Z yang saat ini yang belum menemukan jati dirinya, belum tahu memberikan makna hidup, dan arah pertumbuhan jiwa dengan berbagai tantangan dan perkembangan teknologi yang semakin cerdas.
Nah untuk gampang ngingatnya, saya menuliskan sedikit wawasan yang mungkin saja dapat memberikan kamu vitamin hidup yang lebih baik. Sebagai Gen Z yang sekarang dan akan datang menjadi Pemilik Dunia ini dengan berbagai teknologi yang menemaninya. Biar kamu mudah telan dan simak maka saya menyingkatnya menjadi QURBAN.
QURBAN dalam kehidupan yang lebih baik yang saya maksudkan adalah Q = Qurban diri, U = Ujian Hidup, R = relasi Sosial, B = Berbagi Ikhlas, A = Arti Hidup dan N = Niat berubah
Baca juga : 4 Cara Efisiensi Waktu dengan model PAST
Q – Qurban Diri
Kalo selama ini, kamu hanya mikir bahwa qurban itu hanya soal kambing dan sapi yang di sembelih terlalu sedikit wawasan kamu. Coba deh kamu sedikit naik level, Misalkan kamu belajar untuk ngerti tentang ngurbanin hal-hal yang nggak kelihatan secara fisik di mata kamu.
Seperti keegoan kamu, rasa pengen di akui atau bahkan tentang citra diri kamu yang terlalu di poles? Pada era medsos dan semua serba dterukur di FYP atau Algoritma, tampil keren dan seolah sempurna itu kayak jadi kebutuhan pokok.
Tapi sebenarnya di momen Idul Fitri ini, kamu di ajak untuk nymebelih “diri lama” kamu. Yang terlau pengen dan haus akan validasi yang terbaik, Kamu sangat takut terlihat gagal bahkan pengennya tampil “waow” setiap story kamu di medsos.
Buat kamu Gen Z, hal ini nggak mudah kamu hindari. Kamu tumbuh bareng dengan sistem algoritma yang kadang berlebihan memberikan tepuk tangan manakala kamu tampil estetik. Dapat FYP manakala punya pencapaian yang di posting di Tiktok, atau bahkan terlihat “sukses”.
Pertanyaannya Apakah semua itu beneran diri kamu? Atau cuman topeng biar diri kamu seneng di terima netizen dan seluruh followermu? Menyembelih ego bukan berarti kamu merendahkan dirimu. Tapi justru sebagai langkah awal mengangkat level kamu untuk lebih jujur dan sehat secara emosional.
Nggak usah selalu “on” di depan kamera yang selalu di balut dengan kepalsuan. Sebenarnya “real” itu lebih powerfull dari pada Viral yang algoritmanya juga nggak akan bertahan lebih dari dua minggu.
Cobalah sekali-sekali kamu ngeposting hal yang real dan benar-benar kamu rasain. Bukan karena pengen postinganmu di Like dan di Share, Tapi hal itu karena demi ekspresi diri.
Makna Filosofis “QURBAN” untuk Gen Z. Kadang-kadang, pengorbanan paling sulit itu bukan melulu soal materi, tapi soal melepaskan versi lama yang selalu saja kamu pertahankan, demi menemukan siapa diri kamu sebenarnya.
U – Ujian Hidup
Ngomongin Idul Adha, pasti nggak akan lepas dari kisah epik dari Nabi Ibrahim dan Ismail. Kamu bisa bayangin, gimana rasanya di Perintah untuk “ngorbanin” anak sendiri?. Itu bukan cuman nguji yang abal-abal, tapi ini ujian levelnya tingkat dewa! Kalau manusia biasa nggak mungkin mampu.
Tapi dari situ sebenarnya kita dapat belajar bahwa nggak ada pencapaian yang lebih baik tanpa pengorbanan. Kadang kita nemuin rintangan yang berat dan susah banget, padahal kita nggak sadar bahwa kita mau di ajak untuk masuk ke hal-hal yang lebig besar.
Nah, sebenarnya buat saya pribadi, Ujian hidup itu bukan saya anggap sebagai hukuman tapi upgrade sistem yang lebih baik. Sama aja buat kamu yang hobbynya nge-game, pasti melewati rintangan yang susah banget, jika kamu pengen naik level selanjutnya.
Makna Filosofis “QURBAN” untuk Gen Z. Nah buat kamu Gen Z, tentu ujian yang di terima berbeda-beda, dan yang struggling saat kamu nyari kerja di jobfair. Mungkin kamu gagal masuk di perguruan tinggi yang kamu idamkan. Patah hati digital sampai burnout akibat ekspektasi yang berlebihan dari keluarga dan followermu.
Di tengah-tengah semua itu, kamu kadang ngerasa “kok hidup ini gini-gini aja, kok stug nggak ada perubahan” Padahal justru pada fase-fase itulah kamu sebenarnya sedang di bentuk dan di uji.
Yang kamu hadapi tuh adalah proses yang sedang berjalan tapi bukan akhr dari cerita. Itu adalah awal plot twist yang nantinya bakal bikin kamu hidup lebih baik dan membuat dirimu semakin keren.
R – Relasi Sosial
Kalo kamu lihat semua proses kegiatan Qurban itu nggak berdiri sendiri. Banyak yang terlibat, Ada orang yang menjadi peternak, Kemudian Ada panitia yang ngurus pembagian qurban, ada warga yang bantu potong hewan dan membantu distribusi kepada yang berhak menerimanya, yang terakhir adalah mereka yang menerima hewan qurban tersebut.
Makna Filosofis “QURBAN” untuk Gen Z. Hal ini menunjukkan bahwa qurban itu semua berjalan bareng dan nggak ada yang merasa paling penting antara pemilik hewan, yang qurban, yang jadi panitia hingga yang menerimanya. Ini juga membuktikan kebesaran hari raya qurban bukan lahir dari kompetisi tapi kolaborasi.
Hal ini membuktikan bahwa kamu yang saat ini hidup di era personal branding, di mana semuanya pengen terkenal, pengen jadi orang penting dan semua maunya menjadi “yang paling”
Buat kamu Gen Z yang jago banget bikin portofolio, ngebangun image profile dionline, dan kamu bikin sendiri brandmu itu keren banget. Tapi sadar atau nggak sebenarnya kamu sedang ngejalanin kompetisi secara diam-diam.
Kamu pengennya paling produktif, paling FOMO, pengennya paling keren, paling tahu segalanya. Padahal sebenarnya kamu nggak perlu hidup kayak gitu, Nggak harus perlombaan. Kamu bisa tumbuh lebih alami dan sehat jika saling support , nggak saling banding-bandingin, Nggak perlu saling slip. Tapi mestinya saling bekerja sama dan kolaborasi. Karena dunia ini makin individualis, relasi dan kolaborasi yang hangat, saling dukung justru menjadi super power yang langka.
B – Berbagi Ikhlas
Di Hari Raya idul adha ini, kita ngeliat daging itu qurbannya di berikan ke orang-orang tanpa pilih-pilih. Nggak peduli follower-nya berapa, outfitnya dari brand mana. Semua dapat bagian. Semua itu ngajari kamu tentang nilai hidup yang kadang semakin langka di era teknologi AI, yakni berbagi tanpa Pamrih.
Untuk berbagi dengan sesama nggak harus nunggu kamu jadi sultan, Berbagi dengan sesama itu persoalan hati, bukan soal saldo rekening, dan yang paling penting berbagi itu bukan untuk dibuatin story dan pamer di dunia maya, tapi itu membuat kamu lebih peduli.
Sebagai Gen Z, memang kamu memasuki masa self-Discovery, kamu banyak belajar tentang kesehatan mental dan fokus sama self Care itu keren dan bagus bahkan penting banget. Tapi jangan sampe terlalu fokus sama diri sendiri sampe lupa dengan orang lain di sekitar kamu.
Kamu hanya peduli dengan followermu di dunia maya, sampe kadang kamu lupa bahwa ada tetangga dan lingkungan rumahmu yang butuh kamu sapa. Empati dengan sesama bukan sekedar kata manis dalam setiap postingan atau caption fotomu.
Tapi skill hidup yang bikin kamu tumbuh menjadi manusia yang utuh. Manusia yang memiliki “jiwa”. Nggak semua orang butuh solusi dari setiap persoalan yang mereka hadapi. Kadang mereka cuman butuh teman curhat atau sekedar pengen di dengarkan dia bercerita.
Berbagi itu bukan selalu soal materi dan harta, tapi soal energi positif yang kamu sebarkan itu juga kadang di butuhkan orang-orang terdekatmu.
A – Arti Pengorbanan
Siapa sih yang nggak pengen hidup ini lebih santai, fleksibel dan sukses meraih semua yang kita impikan? Nah kalo persoalan yang satu ini Gen Z paling jago banget bikin terlihat chill tapi produktif.
Tapi saya ingin katakan jujur sama kamu, di balik semua yang kamu inginkan tetap aja berlaku hukum alam yang nggak bisa kamu skip. Nggak semua yang terbaik kamu dapatkan begitu saja. Gratis tanpa pengorbanan.
Idul Adha ini datang tiap tahun untuk ngingetin kita semua bahwa cinta dan keikhlasan itupun kadang butuh “tumbal”. Memang sih nggak harus seperti Nabi Ibrahim dan Ismail, tapi biasanya pengorbanan itu sangat relevan dengan pola hidup dan kebiasaan kita saat ini.
Kadang kamu harus rela ngorbanin untuk nggak rebahan hanya untuk belajar satu skill yang baru. Kadang juga kamu harus nahan gengsi dan mulai dari bawah meski teman-teman kamu terlihat lebih dulu “melaju”. Kamu nggak perlu FOMO untuk ngikutin semua tren.
TapI dari situ, kamu bisa belajar bahwa hidup itu nggak semuanya harus kamu dapat secara utuh, tapi soal bijak milih mana yang wort it untuk kamu perjuangkan. Karena nggak semua yang “enak saat ini” itu juga akan baik di kemudian hari.
N – Niat Berubah
Segala sesuatu yang besar, biasanya di mulai dari yang kecil. Niat, ya sesimpel itu aja. Buatlah perubahan dari versi dirimu yang terbaik. Momen idul Adha ini bukan cuman tentang perayaan, tapi merupakan waktu yang pas buat merenung. “Gue mau jadi apa nantinya?”
Nggak harus tiba-tiba jadi religius dalam semalam kayak orang main sulap. Semua itu berlahan dan berproses. Yang penting kamu udah punya niat. Dari niat itu berarti kamu udah mulai jalan. Semua perubahan itu awalnya niat, semua perubahan tanpa niat hanya menjadi wacana.
Sebagai Gen Z, kamu adalah generasi yang dinamis dan memiliki dan mampu membuka akses ke banyak hal. Namun terlalu banyak pilihan terkadang justru membuat kamu semakin bingung dan malah Stuck.
Niat itu kompas buat kamu yang fokus biar nggak terus-terusan muter-muter tanpa arah. Pengen lebih mindfull? Mau lebih peduli pada sesama? Kamu mau Ninggalin Toxic habit! semua itu harus kamu mulai dari niat jujur dari dalam dirimu bukan karena FOMO atau lebih terlihat keren.
Yuk jadikan “QURBAN” Idul Adha ini bukan hanya sekedar tradisi tahunan, tapi momen nge-restar untuk niat-niat baik yang udah lama kamu pendam.