
Insirasi Ragam Hias Modern
Iluminasi surat melayu abad 18 adalah jenis iluminasi yang terdapat pada beberapa naskah klasik terutama yang bebentuk hiasan (ragam hias).
Gambar Iluminasi merupakan istilah khusus dalam ilmu pernaskahan untuk menyebut gambar dalam naskah atau gambar dalam persuratan.
Iluminasi adalah istilah khusus dalam ilmu pernaskahan (kodikologi) untuk menyebut gambar dalam naskah. Istilah itu pada awalnya di gunakan sehubungan dengan penyepuhan emas pada beberapa halaman naskah untuk memperoleh keindahan.
jadi untuk mengetahui suatu naskah melalui ilmu pernaskahan (kodikologi), hal yang di telusuri selain naskahnya ada juga yang konsern pada raga hias atau biasa juga orang meemberikan istilah Iluminasi.
Surat beriluminasi telah menjadi khasanah berharga yang di simpan pada museum-museum di Nusantara. Di antara surat tersebut adalah surat beriluminasi bertuliskan huruf Arab dan berbahasa Melayu di Sumatera.
Surat yang dapat di katakan terindah, di tulis oleh Sultan Iskandar Muda dari Kerajaan Aceh (1607-1636) kepada Raja James I di Inggris.
Surat tersebut di tulis pada tahun 1615, panjang surat hampir 1 m, bermotifkan ragam hias bunga popi (poppy) atau madat (papaver) yang di taburi emas (Gallop dan Arps 1991, 35 – 50).
Saat ini Kadang, di balik gemerlap dunia edia sosial yang modernitas yang kadang menghabiskan waktu kita untuk scroll informasi yang receh yang sebenarnya tidak kita butuhkan.
Padahal jika kita ingin sedikit membuka lembaran naskah klasik pada jurnal banyak hal yang menarik untuk kita pelajari.
Sebenarnya ada harta karun budaya yang sesungguhnya menunggu untuk kita temukan dan ungkapkan lagi sebagai arsip budaya dan sejarah.
Sekian banyak naskah yang ada di bumi pertiwi ini, salah satunya adalah naskah Melayu beriluminasi dari abad ke-18 dan ke-19 di Sumatra.
Penulis Deni Sutrisna
Nah, segalah hal yang berkaitan dengan iluminasi dalam suatu naskah tersebut, telah di tulis dan di kupas tuntas oleh Deni Sutrisna dalam artikel iliahnya yang terbit di jurnal Naditira Widya Vol. 6 No. 1 tahun 2012.
Menuaru saya yang menarik dari artikel Deni ini nggak cuma ngajak kita mengagumi keindahan naskah klasik penuh ornamen ini.
Dani Sutrisna juga juga membuka mata kita bahwa sebuah karya seni visual masa lalu bisa menjadi inspirasi seni modern.
Seperti saat ini kita melihat motif desain sertifikat, piagam penghargaan atau beberapa ilustrasi buku yang memuat ornamen.
Menyusuri Jejak Warisan Iluminasi Melayu
Iluminasi surat melayu abad 18. Lewat pendekatan penelitian kualitatif dan logika induktif yang jeli, artikel ini mengajak kita seolah menyelam ke dunia surat-surat kuno yang bukan hanya berisi pesan diplomatik penting. Tapi juga dihiasi ornamen-ornamen memukau yang sarat makna spiritual.
Bayangkan saja, di balik setiap surat yang di kirim oleh tokoh besar seperti Sultan Iskandar Muda dari Aceh atau Raja Ali Haji dari Riau. Tersimpan keindahan motif bunga, sulur daun, sampai simbol swastika, yang di pahat rapi dalam bingkai-bingkai emas nan rumit.
Bca juga : Tipografi Ornamen Terali Biola: Menghidupkan Budaya Melayu Deli
1. Aceh: Sultan Alauddin Mansur Syah Johan
Di dalamnya terdapat delapan nama, bentuk pertulisan dalam huruf Arab dan Bahasa Melayu. Tulisannya sebagai berikut:
Paduka Seri Sultan Alaudin Mansur Syah Johan berdaulat zill Allah fi al-‘alam. /Sultan Johar al-Alam Syah / Sultan Muhammad Syah / Sultan Mahmud Syah. / Sultan Ahmad Syah / Sultan Muhammad Syah Sultan Mahmud al-Mukkamal / Sultan Sayid al-Mukkamal (Gallop 2002, 39).
Kepala surat tertulis dengan baku dalam sebuah kotak persegi panjang yang terletak di sudut kanan atas bingkai surat dan di hiasi dengan motif yang sama dengan bingkai.
Sementara itu, iluminasinnya berupa hiasan tiga sisi, namun belum selesai di kerjakan karena sisi atas masih kosong. Hanya garis gandanya saja yang belum di hiasi.
Hiasan pada sisi kanan dan kiri adalah garis ganda yang bagian tengahnya di hiasi dengan sulur bunga dan kuncup yang menyerupai kuncup bunga mawar.
2. Riau : Muda Raja Ali Haji
Bentuknya berupa bunga berkelopak. Tulisan di dalamnya sebagai berikut: al-wathiq bi-Rabb al-arsh Raja Muda ibn al-marhum Yang Di-pertuan Muda Raja Jafar sanat 1261. // RADJA ALIE ONDERKONING van -Koning van Riouw.
Kepala surat berada di tengah sisi atas dengan tulisan tidak berbentuk kaligrafi dalam sebuah lingkaran matahari yang bagian luarnya di hiasi pancaran cahaya dengan tinta emas.
Adapun iluminasi terdapat di tiga sisi, yaitu kanan, atas, dan kiri. Bingkai yang menjadi pembatas bidang terdapat di sisi kiri yang juga sekaligus menjadi bingkai teks. Iluminasi sangat unik dan beragam.
Bingkai pada sisi kiri berupa garis ganda yang di dalamnya terdapat motif sulur daun dan bunga matahari. Yang sangat halus dari emas dengan latar belakang hitam.
3. Lingga : Sultan Mahmud al-Muzaffar Syah
Tulisan di dalamnya sebagai berikut: al-wãthiq billãh Rab al-‘arsh al-ghauthãh al-Sultan Mahmud Muzafar Syah ibn al-Sultan Muhammad Syah sanat 1251 (1835/36) (Gallop 2002, 2.246.307)
Keempat sisi di hiasi dengan tebaran tangkai-tangkai emas bunga tanjung kecil.
Di atas teks, terdapat hiasan yang di bentuk menyerupai kubah dengan tiga buah garis lengkung. Pada tiap lengkungan di beri kerucut. Di atas kerucut bagian tengah berada kepala surat.
4. Palembang : Ratu Husain Diyauddin
Alamat ini Seri Paduka Ratu Susuhunan Husain Diauddin fi balad Palembang dãr al-salãm (Gallop
2002:2.215,#685). Kepala surat berada di tengah sisi atas, berupa kaligrafi dalam sebuah bingkai emas berbentuk daun teratai.
Surat ini berisi pernyataan bahwa Sultan sudah menerima surat persahabatan (berbentuk gulungan) dan mengabarkan bahwa anaknya sakit.
Juga dinyatakan bahwa Sultan sudah menetapkan beberapa peraturan bersama dengan Komisaris Belanda.
Setiap guratan, setiap sentuhan warna emas atau hitam, bukan di pilih asal-asalan.
Ada filosofi besar di dalamnya: tentang tauhid, tentang perjalanan spiritual. Tentang bagaimana sesuatu yang kasat mata bisa menjelma menjadi simbol-simbol penuh makna yang melampaui zaman.
Dari Surat Raja ke Piagam Masa Kini
Yang bikin makin seru, artikel ini membuka mata kita tentang bagaimana iluminasi dalam surat-surat Melayu tempo dulu ternyata masih meninggalkan jejak sampai hari ini.
Siapa sangka, bentuk-bentuk modern seperti ijazah, sertifikat, atau piagam penghargaan yang sering kita lihat itu.
Diam-diam mewarisi semangat dari tradisi menghias naskah penting dengan motif-motif geometris atau lambang institusi.
sebuah warisan estetika dari masa silam. Bedanya, kalau dulu semuanya di gores dengan ketelatenan tangan manusia, sekarang lebih banyak mengandalkan mesin cetak.
Tapi tetap saja, ruh keindahannya tidak hilang begitu saja.
Lebih dalam lagi, surat-surat beriluminasi ini bukan sekadar bukti bisu tentang serunya hubungan diplomatik antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan dunia luar. Ia juga memantulkan wajah budaya Melayu yang begitu kental dengan nilai-nilai Islam.
Lihat saja, penggunaan huruf Arab-Melayu, pilihan motif floral yang hidup dan dinamis. Serta ketiadaan gambar makhluk hidup. Semuanya jadi tanda betapa harmonisnya ajaran Islam diadopsi dalam seni budaya Melayu dengan cara yang begitu elegan.
Kekuatan Artikel Ini
Yang bikin artikel ini layak dapat acungan jempol adalah keberhasilannya meramu narasi akademik jadi sesuatu yang tetap enak di nikmati oleh pembaca umum.
Bayangkan saja, konsep iluminasi yang terdengar “berat”, sejarah panjang surat-surat beriluminasi di Sumatera. Sampai ke detail analisis motif dan maknanya. Semua di bahas dengan gaya yang runtut, sistematis, tapi jauh dari kesan kaku.
Di tangan Deni Sutrisna, topik yang awalnya mungkin terasa akademis ini justru terasa hidup, mengalir, dan relevan buat kita hari ini. Rasanya seperti dia membangun jembatan halus antara masa lalu dan masa kini. Membuat kita nggak cuma paham, tapi juga ikut terhanyut dalam keindahan tradisi yang hampir terlupakan.
Catatan yang dapat kita tulisan adalah Selain di temukannya perpaduan visualisasi iluminasi dan teks maka terdapat juga nilai spiritualitas yang gambaran dari sikap kultural dan spiritual manusia di Sumatra.
Pengulas: Baso Marannu (pemerhati seni kerajinan Indonesia) owner pengembang website www.ragamhiasindonesia.id. saat ini sebagai peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban – BRIN
Tinggalkan Balasan