
Kerajinan tradisional era digital saat ini apakah masih relevan dengan tren dunia teknologi? Atau justru pada saatnya berlahan hilang dalam sejarah peradaban dan tinggal kenangan! Atau kemungkinannya kerajinan tradisional akan mampu bangkit dan bersaing kembali dengan wujud visual yang brbeda.
Semua bisa saja terjadi! Di dunia ini semua peluang bisa terwujud bahkan hal-hal di luar nalar manusiapun dapat terealisasi.
Kerajinan yang dulunya di anggap sebagai perhiasan rumah tangga atau sebagai pelangkap perabot dalam rumah, dengan berbagai gaya artistik. Namun beberapa belakangan terakhir ini, ketika teknologi mengusai berbagai lini kehidupan. Semuanya berubah!
Kerajinan sebagai karya hadmade berlahan juga mulai terkikis oleh keberadaan dan kecanggihan mesin yang otomatisasi yang serba digital.
Apakah ini pertanda akan lenyap berbagai jenis kerajinan yang dulunya menjadi kebanggaan masyarakat, terutama kerajianan tangan tradisional di berbagai daerah.
Bagi orang yang perpandangan pesimis. Maka hal itu bisa saja kita alami. Artinya mereka berpandangan bahwa kerajinan tradisional berlahan akan lenyap dari peradaban dan hanya kita temui di museum-museum.
Namun bagi kita yang tetap optimis dalam menyikapi perubahan. Maka kita akan mengatakan bahwa kerajinan tradisional akan tetap eksis, walaupun wujudnya berbeda.
Istilah “Tradisional” tersebut bukan saya artikan sebagai kerajinan yang kuno. Tapi yang saya pikirkan bahwa kedepannya kerjinan itu akan berubah bentuk kemudian bertransformasi dengan berbagai wujud visual lainnya yang lebih dapat di terima oleh jamannya.
Kerajinan tangan tinggal kenangan?

Gampangannya gini! buat saya kerajinan tangan itu pada waktunya nanyi, terutama beberapa tahun kedepan akan sedikit mengalami kesulitan berkembang. Dan akan berat bersaing manakala konsep dan visualisasi artistiknya masih seperti yang kita temukan saat ini.
Adanya otomatisasi kemudian kecerdasan buatan (AI) serta industrialisasi manufaktur berbasis digital yang dapat lebih menghasilkan produk yang lebih cepat. Tngkat presisi yang tinggi, kerapian dan kerumitannya jauh lebih tinggi. Di bandingkan kerjaan manusai dan yang utama adalah biaya operasionalnya realatif murah.
Kalau demikan, masih mampukah kerajinan tangan tradisional yang menggunakan peralatan sederhana dan dominan di kerjakan dengan tangan manusia. Mampukah bersaing dengan kerajinan dengan skala besar yang di buat secara otomatisasi dan teknologi yang canggih.
Mungkin saja kita berpikir peluanganya tetap fifty-fifty, masih ada celah membuat kerajinan tradisional terus ada dalam peradaban manusia. Walaupun teknologi yang ada saat itu sangat cerdas mengepung segala lini kehidupan manusia.
Pertanyaan selanjutnya. Apakah peluang itu akan tetap dalam posisinya atau berlahan kan turun dan hanya menyisakan kehidupannya di bawah sepuluh persen.
Baca juga: Mengapa Produk Kerajinan Mahal? Ini Alasan di Baliknya!
Apakah Permintaan kerajinan handmade menurun?
Dalam beberapa laporan tentang handmade global market menunjukkan bahwa pertumbuhan pemuatan kerajinan tradisional terus mengalami peningkatan rata-rata di atas 9,3%. Itu artinya masih ada angka optimis dari perkembangan dan pembelian barang handmade.
Mereka lebih merespon positif terhadap produk yang berbahan alami. Karena menurut mereka lebih ramah lingkungan.
Kedua, keunikan dan eksklusivitas juga memberikan dampak positif terhadap kerajinan yang di produksi scara handmade, hal ini lebih memberikan nilai personalisasi dan tidak di temukan pada produk yang dkerjakan dengan massal.
Perkembangan UMKM di Indonnesia dan di beberapa negara lainnya menunjukkan angka optimis yang tinggi, artinya kepedulian untuk tetap mengembangkan hasil kerajinan di masyarakat terus melangalami kemajuan.
Produk lokal yang mengglobal justru semakin terbantu dengan adanya perkembangan teknologi termasuk memanfaatkan media sosial untuk lebih mengenalkan hasil kerajinan di mata dunia.
Jadi permintaan kerajinan secara umum bisa saja menurun, tapi pada sisi lainnya kerajinan yng lebih ekslusif dan mengedapankan personalisasi termasuk kerajinan tradisional yang sangat ramah dengan lingkungan akan terus meningkat dan tetap menjadi incaran konsumen, terutama pada tingkatan handmade premium.
Handmade vs teknologi: Kompetitor atau Kolaborator
Asumsi yang berkembang pada pikiran kita yang “mengharamkan” penggunaan teknologi dalam kerajinan tradisional.
Kita menganggap bahwa kerajinan tangan yang menggunakan teknologi sebagai suatu cara yang “tabu” untuk dilakukan. Padahal saat ini banyak pekerjaan sebagai pengrajian jika di bantu dengan teknologi maka hasil kerajinannya dapat lebih baik dan bermutu.
Para pengrajin menggunakan teknoogi untuk efisiensi terlepas dari nilai-nilai artisitik yang mereka pegang selama ini. Tentu ada beberapa hal yang tetap di pertahakan sebagai pondasi dasar kerya tersebut di katakan sebagai hasil kerajinan tangan.
Beberapa teknologi saat ini yang banyak membantu pekerjaan para pengrajin misalkan CNC Cuatting and laser Engraving untuk membantu para pengrajian kayu membuat desain kayunya lebih kompleks.
Atau AI Assisted Design yang membantu pengrajin untuk merancang sesuatu secara digital yang menghasilkan rancangan yang indah dan presisi. Sebelum di produksi oleh pengrajin dengan kemampuan tangannya.
Bahkan saat ini dengan adanya Printing 3D dapat membantu pengrajin membuat prototype sebuah kerajinan yang bagus sebelum di kerjakan secara manual.
Artinya semua dapat di kolaborasikan. Antara pengrajin tradisional dengan kemampuan teknologi yang dapat meringankan beberapa proses pembuatan kerajinan dari pemilihan bahan baku hingga memproduksinya.
Apa yang menghambat pengrajin beradaptasi?

Jika kerajinan tradisional saat ini yang menjadi pertentangan adalah teknologi maka yang paling utama yang menghambat perkembangan seni kerajinan maju dan berkembang. Adalah pemanfaatan teknologi dalam proses pembuatan karya.
Era digital yang semakin berkembag seperti derasnya teknologi AI menjadi para pengrajin kesulitan beradaptasi dengan sistem pembuatan karya visual yang berteknologi tinggi. Kemungkinan besarnya adalah tidak ada pelatihan secara khusus bagi UMKM kerajinan yang fokus memanfaatkan teknologi digital.
Kalaupun sudah di berikan keterampilan menggunakan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan mereka agar pengerjaan kerajinan lebih efektif dan efisien. Maka kendala berikutnya adalah kemampuan investasi pada mesin yang membantu pekerjaan pengrajin.
Kita akui bahwa mesin otomatisasi dalam memproduksi hasil produk secara visual biasanya harganya relatif mahal. Maka ini juga yang menjadi kendala para pengrajin tidak bisa mengikuti tren teknologi dalam kerajinan.
Terakhir yang menjadi kekhawatiran mereka adalah persaingan denggan kapitalisasi dunia kerajinan dengan industri produk secara massal.
Jika ini terjadi maka akan kesulitan para pengrajin untuk mengembangkan diri untuk membuat Kerajinan tradisional era digital di tengah derasnya teknologi dan kapitalisasi industri kerajinan secara massal.
Apakah konsumen masih menghargai produk kerajinan tradisional?
Jawabnya ya, dengan beberapa catatan.
Pertama, Visi dan misi kerajinan harus menyesuaikan dengan tuntutan yang di harapkaan oleh konsumen saat ini, karena buat mereka sebagai konsumen yang hidup di era digital secara fisik, hasil kerajinan bukan menjadi tujuan utama mereka membeli produk kerajinan
Banyak hal lainnya yang perlu dilakukan agar Kerajinan tradisional era digital yang dibuat para pengrajin tetap di hargai, di tengah maraknya penggunaan media sosial dan teknologi saat ini.
Kedua, membangun Brand awareness dari produk kerajianan yang dihasilkan. Brand menjadi penentu awal sebuah hasil kerajinan dapat lebih dikenal secara luas. Banyak produk yang mampu berkembang dan di kenal seluruh penjuru dunia karena kemampuannya membangun brand di berbagai platform, seperti youtube, Tiktok atau di Instragram.
Menceritakan berabagai hal terkait dengan hasil kerajinan itu (storyteling) juga menjadi bagian penting agar konsumen menghargai karya kerajinan tersebut.
Personalisasi dari karya kerajinan membuat konsumen memiliki kelebihan, karena adanya sentuhan yang sangat personal bagi pemiliknya.
Konsumen menghargai atau tidak dari setiap karajinan yang di poduksi oleh pengrajin akan di tentukan oleh bagaimana pengrajin mengemas kerajinan sesuai dengan target pasar yang di tuju.
Semakin spesifik target pasarnya maka semakin unik dan sangat persoanal itulah salah satu cara agar hasil kerajinan tetap di hargai konsumen.
Kesimpulan
Kerajinan tradisional era digital. Kemampuan pengrajin mengolah hasil Kerajinan tradisional mereka secara optimal sesuai dengan pasar saat ini dan di masa mendatang menjadi tantangan tersendiri.
Hasil kerajinan itu bukan sekedar produk kerajinan visual tapi menjadi identitas budaya suatu masyarakat, termasuk keberlanjutan ekonomi para pengrajinnya.
Koneksi emosional dan personalisasi konsumen harus di bina secara baik, sehingga kerajinan yang mereka beli bukan dari fisiknya saja. Tapi bagaimana mereka paham akan tradisi dan narasi budaya yang mengiringi produk kerajinan tersebut.
Era modern ini akan membentuk manusia-manusia yang logis dan materialistis, sehingga kerajinan jangan merambah kearah materinya, tapi hati dan emosi pembelinya yang disasar agar mereka sebagai konsumen lebih diharga dan di manusiakan.
Itu menurut saya, kalau ada alasan lainnya mohon di tuliskan dalam kolom komentar, biar pembaca mendapatkan wawasan yang lebih luas. Terima kasih.
Pengulas: Baso Marannu (pemerhati seni kerajinan Indonesia) owner pengembang website www.ragamhiasindonesia.id. saat ini sebagai peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban – BRIN
Tinggalkan Balasan