
Lorong Kecil tapi rame
Korupsi Pertalite Rasa Pertamax yang lagi ramai nih di media sosial
Pagi ini, cuaca Jakarta agak mendung, tapi suasana ini seperti biasanya, kayaknya mau hujan tapi nggak hujan-hujan juga. Hee…mungkin buat orang Jakarta cuaca seperti ini udah biasa. Mendung tak berarti selau pertanda hujan, bisa juga pertanda hati sedang galau ..cie..cie…anak baru perantau Jaksel.
Oya..seperti biasa jam tangan saya sudah menunjukkan pukul enam lewat tujuh belas menit, berlahan saya menuruni tangga kost. Kebetulan saya kost di lantai dua. Keseharian saya melewati gang kecil ini, berjalan sambil membaca WA yang masuk.
“Pagi om”, pedagang Bubur ayam yang berada pada sudut simpangan lorong itu menyapa saya, Bapak yang sudah tua. Menggunakan topi hitam yang terlihat masih semangat berdagang bubur Ayam setiap pagi.
“Ngantornya cepat ya om” Sapa penjual bubur ayam yang setiap pagi nongkrong di simpangan tiga lorong dekat kost saya.
“Iya Pak, ayo duluan pak” jawabku singkat, sambil berjalan menuju jalan besar untuk memesan ojek.
Sebenarnya jalanan Lorong ini cukup sempit, tapi para pemotor dan driver ojek online tetap ramai lalu lalang menjemput pelanggannya. “Permisi pak” jika mereka melewati pejalan kaki.
Kadang saya harus minggir ketepi untuk memberikan jalan bagi kendaraan motor yang ukurannya agak gede.
Walaupun sempit, tapi sepanjang lorong itu nggak sepi. Ada yang bisnis Lundry, ada yang jualan es dan bakso pentol, Jualan pangsit mie ayam. Kalau warung kecil yang sekedar jualan snack juga ada, ya sekitar tiga rumah yang jualan semacam itu.
Sekitaran kost saya itu juga ada pasar rakyat, ya..seperti layaknya pasar pada umumnya, ada jualan sayur, ikan segar hingga jualan seluruh kebutuhan rumah tangga. Walaupun hanya dapat lewatin pejalan kaki namun kendaraan motor juga tetap aja nerabas di pasar itu.
Baca juga : Sejarah Ragam Hias Indonesia: Periodesasi Seni Rupa Terapan
Ngojek sambil ngobrol
“Pak atho?” Tanya pengemudi ojol yang memberhentikan motor Mio berwarna abu-abu tepat di depan saya
“Iya bang” jawabku pada pengemudi ojek, “Platnya kok beda?” tanyaku singkat
“Iya Bang. Kebetulan motor yang satu lagi di service, nggak apa-apa kan ya bang. Pakai Helm ya” jawabnya sambil memberikan helm warna hijau
“Siap, tentulah bang”, saya memakai helm yang sudah terlihat lusuh.
“Jalan pintas tahu kan bang?” tanyaku “Siap, yang lewat belakang kartika candra ya bang?” jawabnya dengan penuh keyakinan. Berarti driver ini sudah menguasai jalan-jalan ‘tikus’ di Kota Jakarta.
Seputar pertamax dan pertalite
Berkaitan dengan Korupsi Pertalite Rasa Pertamax, “Bang bagaimana tanggapan abang tentang kasus oplosan bensin pertamax yang sebenarnya pertalite”. Awal saya memancing pembicaraan dengan driver yang tentunya sangat berkepentingan dan berhubungan erat dengan pekerjaannya.
“Waah..iya bang, itu ngeri juga ya..saya baru tahu itu, rame dibicarakan di medsos, terutama di tiktok. Kok bisa ya, para oknum pejabat pertamina itu ngubah pertamax yang mahal harganya tapi sebenarnya hanya pertalite yang kita beli”. Jawabnya penuh semangat, maklum masih pagi.
“Emang motor abang pake Pertamax?” tanyaku sambil mancing diskusi
“Hehe..nggak lah bang, tetap pake pertalite, ya gimana mau beli pertamax kan mahal. Sekarang ini nggak terlalu banyak juga dapat orderan, tapi syukur alhamdulillah pagi ini baru keluar eh langsung dapat order dari bapak” jawabnya
“Kan motor baru nih, biasanya pake bensin Pertamax?” tanyaku lagi
“iya bang, ini motor kan masih gue cicil nih, dulu waktu awal beli sarannya make bensin pertamax, tapi gue mikir harganya kan mahal, lagian kata teman-teman bedanya nggak seberapa” jawabnya penuh yakin.
“Emang bedanya apa bang?” tanyaku penasaran
“Katanya kalo pake pertamax mesinnya awet trus agak kencang larinya, emangnya kita ngojek ngebut-ngebutan, kan nggak juga, jadi ngapain pake pertamax” kata driver yang umurnya masih muda, kalo saya lihat dari kaca spionnya, masih baru tamat kuliah.
“Trus, kasus para petinggi pertamina yang tertangkap karena merubah Pertamax yang isinya ternyata Pertalite gimana tuh bang?” saya kembali bertanya, bisa jadi anak muda itu memiliki perspektif yang menarik berkaitan dengan kasus yang lagi ramai di negeri ini.
Ngerasain efeknya
“Wah kalau saya sih nggak terlalu ngamati bang, tapi saya hanya mikir, kok tega-teganya kita nih rakya kecil, apalagi kami driver ojol yang sangat tergantung dengan bahan bakar bensin itu ngebodoh-bodohin kita yaa” jawabnya sedikit kecewa.
“Mereka yang ketangkep itukan katanya sih, gajinya gede banget, kok nggak puas ya dengan gaji yang sudah besar, eh.. masih korupsi dengan mengubah pertalite seolah pertamax” lanjutnya
“Kalo saya setuju aja bang di tangkap. Kalo perlu beri hukuman yang berat, saya baca di medsos katanya yang di korupsi itu trilyunan yang bang? Banyak juga yang bang!” dengan semangat menjelaskan.
“Bang nanti depan lampu merah itu kita putar balik ya bang, kan lewat jalan pintas” saya menyela mengingatkannya, sapa tahu sangking asyiknya ngobrol lupa jalannya, hehehe
“Siap bang” jawabnya penuh semangat
“Trus tanggapan teman-teman driver kalo lagi nongkrong dengan kasus ini gimana bang?” saya mencoba untuk bertanya kembali
“wah..seru bang, haha..haha.. karena ternyata setelah kasus ini terbongkar, nah mereka baru sadar tuh, terutama yang motornya masih baru dan menggunakan bensin pertamax” jawabnya sambil tertawa.
“Kita terkibuli bang secara massal” Jawabnya lagi sambil tertawa kecut
Hanya malas ngantri
“Ternyata selama ini kita dibodohin oknum pertamina, bayangkan aja, ada teman saya tuh sangking malasnya antri di pom bensin. Nah kalo mau beli bensin lebih baik ngisi motornya pake pertamax kan katanya cuman beda dikit. Menurut saya, iya sih kalo kita ini kan hanya motor, tapi gimana tuh yang naik mobil, kan banyak kebutuhan bensinnya”
“Tapi kok bisa ya, kasus ini baru terungkap, padahal katanya sudah tiga empat tahun yang lalu modus ngoplos bensin pertamax ini sudah berlangung, itu juga sih yang saya baca dari media sosial” Pengemudi ojol yang berkacamata itu seolah bertanya pada saya
“Benar bang, ternyata sudah lama juga ya, baru ketahuan saat ini oleh kejaksaan” dia jawab sendiri. “trus yang saya nggak habis pikir, para pelakunya itukan oknum pajabat tinggi pertamina, emang nggak ada pengawasan ya?” kembali seolah bertanya
“Ya..saya sih bukan pengamat bang, hanya tukang ojek, nggak sampe kesana sih mikirnya, hanya mikir kok nggak bersyukur ya, padahal gajinya udah gede, katanya gaju ratusan juta perbulan..gile..bang emang itu uang semua ya bang” sambil tertawa.
“Iya sih bang, saya juga biasa bingung kok ada orang nggak ada syukurnya, trus kok senang ya ngakalin rakyatnya, bensin pertalite tapi ngomongnya bensin Pertamax” aku mencoba untuk mengomentari apa yang dirasakan driver dan teman-temannya.
Pengawasannya gimana ya?
Saya menyadari betapa negeri kita ini, masih banyak orang yang nggak sadar, bahwa ngerjain rakyat itu dosa loh, trus yang lebih heran lagi, Oknum yang korupsi itu, yang kerja di Pertamina itu kan gajinya udah gede, kok masih aja nggak puas.
Yang lebih parah sebenarnya gimana bentuk pengawasan internal di Pertamina? Ko bisa pertamax tapi isinya pertalite, berarti ini bukan kerjaan satu dua orang. Pastilah banyak orang bersekutu, karena berkaitan dengan berberapa unit, nggak tahu unit apa. Yang jelas ada kaitannya dari manajemen produksi, distribusi hingga sampe ke Pom Bensinnya.
“Tapi syukurlah bang, ini menjadi temuan kejaksaan!” biar kita juga paham bahwa selama ini ternyata rakyat dikibuli dengan hasil tambang bumi yang mestinya untuk kemakmuran rakyat” jawaban cerdas dari driver, kereen dalam hati saya.
“Berarti harus ada pengawasan yang lebih ketat ya bang?” tanyaku lagi terkait dengan Korupsi Pertalite Rasa Pertamax.
“iya bang, biar hal-hal semacam ini nggak terulang lagi” jawabnya singkat
“Bang saya turun di depan aja ya, tu yang jual nasi remes” saya ngingatkan driver sambil menepuk ringan punggung driver.
Memang kebiasaan saya jika ke kantor singgah di penjual nasi remes, sebagai sarapan pagi, harganya sangat murah, lumayan untuk mengganjal perut pagi ini.
“ok bang, ini helemnya, makasih yang bang” saya memberikan helm hijau kepada drivernya
“Sama-sama bang” jawabnya singkat sambil berlalu.
Pagi ini ada satu cerita yang menarik dan saya bisa mengambil hikmahnya ngobrol bareng driver ojol. Rakyat kecil itu sebenarnya nggak macam-macam dan nggak nuntut terlalu besar pada pemerintah.
Mereka hanya ingin diberikan kemudahan dalam mencari berkah dalam pekerjaan. Mereka akan merasa sedih dan mungkin saja “marah” manakala mereka merasa di “tipu” oleh para oknum pejabat yang bersinggungan langsung dengan pelayanan di masyarakat.
Berkaitan dengan Korupsi Pertalite Rasa Pertamax, Ada satu jokes yang menarik dari IG, katanya: Oknum Pejabat Pertamina yang ngibulin rakyat kalo masuk neraka siksanya dari ‘O’ ya..wkwkwkwk
Tinggalkan Balasan