Manik-manik suku Dayak yang ada di Kalimantan Timur merupakan karya seni kerajinan yang sudah terkenal dan menjadi oleh-oleh utama manakala wisatan lokal maupun asing berkunjung kesana.
Pasar kebun Sayur yang letaknya di Kota Balikpapan dan Pasar Citra Niaga di Kota Samarinda menjadi pusat oleh-oleh kerajinan khas Kalimantan Timur.
Tentu yang sudah pernah ke sana, merasakan begitu banyaknya jenis dan variasi hasil kerajinan yang rata-rata berbehan dasar manik-manik.
Manik-manik dengan berbagai variasi warna, bentuknya bulat kecil berlubang kemudian di ronce menjadi satu. Ada yang berbentuk kalung, cincin, gelang atau menjadi pelengkap hiasan baju, tipo dan lain sebagainya.
Bagi pencinta kerajinan assesoris yang unik khas Kalimantan, maka Pasar Kebun Sayur dan Citra Niaga menjadi tempat yang tepat untuk berburu hasil kerajinan khas Dayak Kalimantan Timur.
Jika ketempat tersebut, saya yakin anda akan tertarik denga berbagai model dan berabagi jenis kerajinan manik-manik. Anda juga diberikan penjelasan tentang karakteritik berbagai suku Dayak di kalimantan terkait dengan karyanya.
Manik-manik dari sudut pandang etnoarkeologi
Namun tahukah Anda, bahwa manik-manik suku Dayak dari pandangan etnoarkeologi sangat beragam.
Lebih lanjut Mengutip tulisan Nasruddin (Nasruddin, 2018) yang berjudul Peranan Manik-Manik Pada Suku Dayak Ngaju: Studi Etnoarkeologi Balai Arkeologi Kalimantan Selatan. Menyebutkan bahwa manik-manik dapat mengkaji, mengidentifikasi dan mengklasifikasikannya dari berbagai sudut pandang.
Baca juga artikel lainnya: Meraup Cuan Seni Tradisional: Maraknya Gambar Aplikasi AI
Setidaknya menurut Nasruddin seorang pakar arkeologi. Menyebutkan ada delapan hal yang melekat pada manik-manik, antara lain:
1. Mengandung daya Kosmik
Pada beberapa suku Dayak. Menganggapnya sebagai benda keramat atau jimat. Hal ini menurut pandangan dari aspek kosmologisnya. Memandang manik-manik dari segi falsafah kesemestaan. Mereka menganggap manik-manik mengandung daya kosmik bagi yang menggunakannya.
Tida heran jika beberapa anak-anak Dayak atau mereka menjadi kepala suku Dayak. Penggunaan batu manik tidak sekedar aksesoris belaka. Mereka percaya menggunakan batu manik akan menambah kesakralan penampilan mereka.
2. Aspek Geologi
Manik-manik sebagai benda bumi atau hasil pertambangan yang eksotik dan unik. Hal ini karena dari proses evolusi bumi menghasilkan sejumlah mineral beraneka warna dan beragam serat. Batu yang eksotik dan unik tersebu dapat gunakan sebagai bahan pembuat manik-manik. Kilauan dan pancaran batunya sangat indah dan berkilau.
Maka secara geologis, batu manik menjadi bahan incaran para pengrajina batu ataupun para desainer fashion yang mengungkapkan ekspresi desainnya dengan batu manik.
3. Pandangan georafis
Manik sebagai jenis bebatuan yang khas dari suatu wilayah. Artinya karena seluruh wilayah suatu derah pasti ada bebatuannya. Batu manik-manik akan sangat beragam. Contohnya di Tana Toraja Sulawesi Selatan, Sumatera juga di sebagian besar pulau di Kalimantan termasuk di Pulau Papua. Artinya batu manik-manik juga menyebar ke berbagai penjuru dunia (aspek geografis).
4. Sudut pandang antropologis dan sosiologis
Manik-manik sebagai benda budaya yang oleh berbagai suku bangsa di dunia. Penerapannya dalam berbagai tradisi dan ritual kehidupan dan keagamaannya, sebagai busana atau asesorinya bahkan sebagai lambang status tatanan kemasyarakatannya.
5. Aspek kepercayaan dan mistik
Benda kecil yang berwarna warni sebagai media pemujaan dan persembahan, sebagai penolak bala dan lain sebagaiya. Tidak heran jika kita melihat suku-suku pedalaman di Indonesia atau berbagai negara, batu yang berwarna-warni menjadi pelengkap penghias suatu upacara ritual.
6. Aspek kesejarahaan
Batu yang cantik dan kemilau tersebut sebagai benda yang buruan bagi para arkeolog atau para sejarahwan. Batu tersebut mereka jadikan sebagai bahan petunjuk untuk melihat masa lampau.
Secara historis, batu manik menjadi petunjuk dan arah untuk mengenal sistem kehidupan manusia di masa lampau. Bahkan dalam beberapa temuan sejarah, batu yang digunakan seabagai hiasan merupakan temuan yang dapat memberikan pencerahan dalam dunia sejarah dan peradaban manusia.
7. Pandangan teknologis
Batu Manik tidak terbatas pada benda alami yang asli (God-made) seperti bebatuan, kerang, dsb, tetapi juga, bahkan semakin banyak lagi yang melalui sentuhan ketrampilan dan kreativitas manusia (man-made), di mana hal ini menyangkut aspek teknologisnya
8. Sebagai Benda Artefak
Manik-manik sebagai artefak yang ditemukan di situs-situs penguburan maupun situs-situs hunian, oleh para arkeolog dikaji dan dianalisis secara kontekstual dan tipologis untuk tujuan rekonstrusi kehidupan masa lalu.
Beberapa temuan arkeolog di Kalimantan menujukkan bahwa jenis batu manik yang ada di Kalimantan variasinya sangat unik dan jaranng ada daerah lainnya.
Transformasi Penggunaan Batu manik
Saya Kembali mengutip karya Nasruddin (Nasruddin, 2018) pada jurnal yang sama.
Beliau menyebutkan terdapat sejumlah perubahan penggunaan manik-manik dari masa- kemasa. Perubahan dinamika masyarakat pendukung kebudayaan yang bersangkutan menyebabkan perpedaan yang mendasar.
Selanjutnya akan tersajikan beberapa bentuk perubahan seputar penggunaan manik-manik yang terus mengalami perubahan dan perkembangan, mulai dari desain, para pembuatnya hingga model pemasarannya.
Penggunaan yang variasi
Pandangan dari jenis manik-manik. Pada sebagia masyarakat suku Dayak. Selanjutnya Penggunaan beberapa jenis manik-manik beberapa tahun terakhir tidak seluruhnya sama sebagaimana yang dulu pemanfaatnnya.
Misalnya dalam acara pertunangan. Manik-manik yang pemkaiannya untuk perempuan dan laki-laki sebagai jarat tangan tidak lagi sama. Tetapi menggunakan salah satu jenis atau justru memakai manik lawang (yang dulu hanya gunakan untuk upacara perkawinan).
Perbedaan ini sangat maklum, mengingat komunitas Suku Dayak yang sangat beragam di Kalimantan. Maka pandangan tentang fungsi batu Manik juga sangat berbeda.
Tidak semua berupa untaian yang sudah teronce
Peranan Manik-manik pada Suku Dayak, Manik-manik yang digunakan sebagai bekal kubur dalam upacara penguburan di Dayak tidak seluruhnya berupa untaian kalung manik-manik. Tetapi seringkali hanya berupa satu-dua butir manik saja.
Bekal kubur berupa untaian kalung manik-manik kini terbatas digunakan oleh mereka yang merupakan keturunan golongan bangsawan.
Hanya untuk komunitas tertentu
Manik-manik terbatas dimiliki oleh keluarga luas. Di masa lalu, setiap keluarga batih memiliki manik-manik, namun kini kepemilikannya terbatas pada keluarga batih tertentu. Kondisi ini dapat mempengaruhi penyelenggaraan ritual adat yang membutuhkan manik-manik. Keluarga batih yang tidak memiliki manik-manik akan meminjam milik keluarga dekatnya dan akan mengembalikannya setelah pelaksaan ritual berakhir.
Konversi pada benda lainnya
Manik-manik dikonversikan dengan uang atau benda lain. Kelangkaan batu manik-manik yang asli dan menawan. Pada satu sisi masih berfungsinya manik-manik dalam ritual adat di sisi lain. Hal ini memunculkan adanya kebiasaan baru yaitu dengan mengganti keberadaan manik-manik dengan uang atau benda lain yang dianggap setara nilainya menurut ukuran adat setempat.
Tentu masih banyak lagi tranformasi fungsi dan makna manik-anik di Suku Dayak secara khusus maupun di daerah lainnya.
Itulah kekayaan budaya Indonesia yang harus terus kita rawat dan melesterikannya. Walupun pada perkembangan saat ini. Manik-manik tidak terbuat dari batu murni, melainkan terbuat dari bahan plastik atau fiber. Kreativitvitas pengrajin tetap terjaga.
2 Responses