
Perspektif baru ragam hias, sebuah fenomena dalam dunia seni terapan yang perkembanganya sangat dinamis. Ketertarikan beberapa penikmat ataupun konsumen hasil kerajinan tradisional ini juga sangat fluktuatif.
Dinamisasi produksi dan konsumen ini ada kaitannya dengan perkembangan teknologi dan perubahan mindset terhadap karya seni terapan. Terutama seni ragam hias tradisional, Mulai dari barang kerajinan, fashion hingga seni arsitektur yang mengangkat ragam hias teradisonal.
Kita melihat beberapa perubahan-perubahan besar tersebut selain model produksi yang mengarah pada industri massal (menggunakan mesin dan teknologi modern). Juga perubahan makna budaya yang selama ini berpindah pada nilai fungsional yang sangat prakmatis.
Pada jaman dahulu pembuatan seni terapan yang berkaitan dengan ragam hias, sangat menjaga makn dan filosofi karya mereka. Karena orientasi pembuatannya bagi mereka yang memiliki sebuah jabatan atau kedudukan di komunitasnya.
Misalkan dia sebagai ketua adat tentu beda penggunaan ragam hias. Seorang kepala suku bahkan sebagai pimpinan spiritual tentu. Ini akan berbeda pola atau motif ragam hias dengan anggota komunitas lain yang pada umumnya atau sebagai rakyat biasa.
Selanjutnya ada juga yang menggolongkan ragam hias dalam kerajinan berdasarkan gendernya. Misalkan ragam hias yang oleh perempuan akan berbeda dengan ragam hias yang peruntukkannya bagi laki laki.
Itulah sebabnya maka saat ini ragam hias kerajinan tradisional terus mengalami perkembangan. Baik peninjauannya dari segi bentuk maupun fungsi kerajinan yang mereka hasilkan secara tradisional.
Baca juga: Ragam Hias dalam Teori Semiotika Charles Sanders Pierce
Ragam Hias mengikuti Makna

Perspektif baru Ragam hias. Jika kita telusuri secara mendalam pembuatan kerajinan pada masa pramodern (klasik) lebih berorientasi bentuk mengikuti makna (Form Follow Meaning). Sehingga produk kerajinan pengerjaannya harus sesuai dengan pakem, tradisi atau budaya setempat
Para pengrajin dan seniman masa pramodern untuk seni terapan ini sangat menjaga pakem dan motif yang sudah ada sejak turun temurun dan menjadi tradisi setiap pembuatan karya seni. Kerajinan yang hasilnya merupakan bentuk ekspresi dari seniman/pengrajinnya, bahkan setiap karya pembuatannya untuk kepentingan religius atau untuk lingkungan.
Maka tidak heran jika pengrajian zaman dulu, ketika ingin membuat karya kerajinan maka mereka melakukan ritual-ritual tertentu
proses berkarya para pengrajin memiliki ikatan emosional dengan ketua adat atau tokoh agama pada komunitasnya.
Itulah sebabnya mengapa pada era pramodern (klasik tradisional) para pengrajin dan senimannya sangat patuh pada aturan dan pakem dari pendahulunya. Mereka memegang teguh setiap makna dalam guratan seni yang mereka buat.
Mereka percaya bahwa karya seni yang mereka bbuat, memberikan dampak pada kuhidupan dan lingkungan mereka. Makna-makna itulah yang terus mereka jaga. Namun hal tersebut semakin hari semakin terkikis oleh perkembangan teknologi dan tuntutan fungsisional karya seni terapan.
Kerajinan era Modern

Ragam hias dalam perspektif baru tentu semakin berbeda, terutam makna dan simbolisasi dari karya tersebut. Kerajinan di era modern (kontemporer) cenderung untuk mengikuti fungsi karya seni (form follow function)
Sebagian besar pengrajin dan seniman menganggap bahwa ragam hias dengan berbagai motif dan aplikasinya lebih merupakan karya kreatif dan lebih berorientasi pada fungsinya. Maka konsekuensi laogisnya kepentingan ekonomi akan sangat tergantung dengan permintaan pasar (pembeli kerajinan).
Kalau demikian maka, kerajinan ini tidak memerlukan filosofi yang mendalam, yang penting orang suka dengan bentuknya, kreasinya dan fungsi yang melekat pada kerajinan tersebut.
Jadi secara alami dorongan pengrajin membuat karya kerajinan mengalami tranformasi orientasi, dari bentuk yang mengikuti makna beralih ke bentuk mengikuti fungsi, daya tawar pasar (lebih ke nilai ekonomisnya)
Teknologi dan produksi massal sebuah karya seni terapan, menjadi salah satu penyebab mengapa pengrajin di daerah yang mengerjakan dengan sangat tradisional akan kalah dengan karya kerajinan yang memproduksi secara massal.
Pembuatan denga handmade memang sangat menjaga tradisi, namun pembeli atau para wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah. Menginginkan karay kerajinan yang murah, baik dan orisinil. Inilah yang sulit memenuhi bagi seorang pengrajin lokal.
Karya kerajinan yang mereka buat pastilah ‘agak mahal’ karena proses pembuatannya yang lama dan juga bahan-bahan yang mereka pilih menjaga kualitas. Persoalan ini yang tidak ada titik temu, antara handmade dan produksi massal.
Namun kita berharap, peran pemerintah untuk melindungi dan memberikan penghargaan pada pengrajin lokal. Harus terus menyuarakannya, agar mereka dapat berkarya secara tradisional dengan berbagai strategi untuk menjaga nilai budaya Indonesia.
Tergantung tujuan membuat karya
apakah perbedaan ini akan memengaruhi orang berkarya kerajinaan? Jawabnya tergantung individu pengrajinnya
jika mereka masih memegang teguh tradisi budaya mereka dan kearifan lokal yang berlaku di komunitasnya maka karya kerajinan yang mereka buat tetap memiliki makna yang dalam sebagaimana yang menjadi tradisi secara turun temurun
namun jika pengrajin lebih mengedepankan sisi tren dan nilai ekonomisnya dari pada pertahanan budaya maka, kita siap kehilangan jati diri dan karya tradisi Bangsa Indonesia.
Walaupun pada prinsipnya pergeseran tujuan dari pembuatan karya kerajinan ini tidak perlu ada pertentangan. Karena masing-masing memiliki alasan yang kuat, perbedaan yang mendasar biasanya harga penawaran akan berbeda terlepas dari bahan yang terpakai dalam produksi.
Perbedaan yang mendasar inilah, menjadikan karya kerajinan pada jaman dulu sangat berbeda dengan yang ada saat ini.
Pada bagan di atas merupakan ilustrasi tentang kerajinan jaman klaisk (pra modern) karya yang dibuat lebih mengarah pada bentuk mengikuti makna dengan beberapa landasan dan filosofi.
Karya yang mereka hasilkan merupakan satu kesatuan dari ekspresi pembuatnya, kerajiinan yang dibuat biasanya untuk kepentingan adat, religiusitas dan sangat tergantung pada nilai-nilai tradisi budaya yang mereka rawat sejak dahulu.
Sementara untuk karya seni saat ini (era modern) dianggap sebagai karya kreatif, lebih berorientasi pada kepentingan ekonomi dan sangat tergantung pada perminataan pasar (pembeli).
Apakah karya pramodern (Klasik) lebih baik dari karya saat ini atau sebaliknya, tidak dapat diukur. Karena masing-masing jamannya memiliki kelebihan dan kekurangan
Mari kita berikan apresiasi dan penghargaann, mari kita rawat ragam hias tradisional untuk terus berkembang.