
Ancaman ragam hias tradisional pada era AI. Memang perlu kita pikirkan dan perlu menjadi bahan pertimbangan timbangan bagi para seniman maupun pengrajin di Indonesia.
Perkembangan teknologi yang pesat. Terutama pada bidang kecerdasan buatan atau AI itu sangat berdampak besar pada berbagai kehidupan manusia saat ini. Termasuk industri kreatif dan produk ragam hias sebagai karya seni terapan.
Jadi produk ragam hias yang selama ini identik dengan sentuhan kearifan atau kreativitas masyakrakat lokal. Akan berhadapan dengan sebuah tantangan baru yaitu di era teknologi digital dengan kecerdasan buatannya.
Nah kalau kita perhatikan AI saat ini. Tidak hanya enawarkan berbagai kemudahan dan efisiensi. Tapi itu juga menimbulkan berbagai dampak negatif yang perlu antisipasi oleh seniman atau para pengrajin yang bekerja menghasilkan ragam hias.
Pada bagian artikel ini kita akan membahas tentang tantangan yang ada pada produk-produk ragam hias pada era AI. Termasuk bagaimana strategi untuk menghadapinya dan mengantisipasi dampak negatifnya!
Baca Juga : Etnoestetika dalam Produk Ragam Hias Etnik Indonesia
Persaingan dengan Produk Berbasis AI

Ancaman ragam hias tradisional. Di era serba digital saat ini para pengrajin atau seniman yang berkaitan dengan ragam hias tradisional. Harus siap-siap menghadapi lawan baru yang tidak terlihat dan ini nyata berkembang di masyarakat, yakni kecerdasan buatan alias, AI
Kita bisa membayangkan. Kalau dulu motif atau pola desain butuh waktu berhari hari, bahkan berbulanbulan untuk membuatnya. Saat ini dengan adanya AI. Bisa menyulap atau kita bisa membuat desain yang sangat rumit dan sangat rumit hanya dengan hitungan menit.
Dengan hanya sekali klik sama sini kita bisa mendesain yang estetik. Nggak perlu belajar desain bertahun-tahun atau punya skill gambar yang mumpuni. Yang penting mampu membuat formula yang baik dan benar. Maka karya seni ragam hias dapat terselesaikan dengan cepat dengan bantuan AI.
Nah di sinilah, tantangan besar buat para pengrajin atau seniman tradisional. Harus benar-benar mengandalkan kreativitas tangan atau istilahnya handmade. Semua pengerjaannya dengan proses manual ini akan menjadi tantangan yang sangat besar.
Bersaing dengan produk instan?
Bisa terbayangkan bahwa sebuah usaha yang kerja keras dan rumit itu yang selama ini mereka kerjakan. Tiba-tiba dengan adanya AI harus bersaing dengan produk instan yang lebih cepat lebih murah dan mungkin saja lebih baik.
Kita sadari bahwa AI memang hebat dan bisa mengerjakan semua hal bahkan bisa berarti lebih efisien. Tapi apakah AI sebenarnya tidak mampu menggantikan sebuah sentuhan manusia. Yang memiliki makna dan cerita di balik setiap ukiran dan motif.
Namun, dalam pengalaman saya sebenarnya ragam hias motif yang ada saat ini. Sebenarnya tidak akan mampu menggantikan karya seni ragam hias secara keseluruhan. Terutama hal-hal yang memang telah ada sebelumnya yang terbuat dari tangan manusia.
Saya pernah mencoba membuat formula untuk menggambar ragam hias. Tapi memang buktinya AI tidak bisa membuat apa yang saya pikirkan karena karya seni tradisional memang memiliki keunikan tersendiri dan memiliki karakter yang sangat kita ketahui asal usulnya.
Kalau terus-terusan kita bergantung pada AI. Bisa jadi nilai seni dan budaya yang produknya betul-betul hiasan tradisional itu berlahan lahan akan hilang.
Hilangnya itu karena memang tidak ada pilihan dalam masyarakat yang menampilkan raga bias. Baik itu yang sifatnya komersil ataupun sifatnya kepuasan karya mandiri dari tradisi-tradisi mereka.
Sebenarnya AI membuka banyak peluang baru, tapi jika pandangan dari sudut lainnya. AI uga sebenarnya mengancam eksistensi seni yang punya nilai historis filosofi yang mendalam secara turun temurun.
Akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa tantangan yang sekarang adalah bagaimana para seniman atau pengrajin. Mampu tetap menghasilkan karya bisa tetap relevan dan bisa bersaing tanpa harus kehilangan jati diri dan ciri khas karyanya.
Kehilangan Nilai Orisinalitas dan Kearifan Lokal

Ancaman ragam hias tradisional. Berkaitan dengan nilai orisinalitas dan kearifan lokal. Sebenarnya produk ragamnya itu bukan cuman soal desain. Tapi memang karya tradisional juga punya cerita dan makna yang mendalam yang terkadang hanya mereka yang tahu.
Jadi pada setiap motif dan pola . Selalu saja terinspirasi dari beberapa kebiasaan tradisi kearipan lokal yang warisannya secara turun temurun.
Dari pengalaman saya memang desain yang hasilnya dari AI itu keren bagus. Bahkan hasilnya boleh terlihat hampir sempurna sekali.
Tapi dia tidak punya jiwa tidak punya ruh maka kekuatan makna sebuah karya seni itu tidak akan terlihat.
Kehilangan makna?
Desain buatan AI sekali lagi memang nampak estetik terlihat indah. Tapi di balik keindahannya saya merasakan itu kosong. Segi makna dan filosofi tentu tidak ada cerita-cerita yang menarik. termasuk memberikan kekuatan spiritual dari sebuah karya tradisional.
Ini contoh sederhana saja. Sebuah motif batik yang biasanya penuh dengan makna kehidupan atau sebuah pengharapan harapan dari dalam kehidupan. Bisa tergeser oleh pola abstrak yang hasilnya dari AI. Karena hanya mengandalkan komposisi dan bentuk ragam hiasnya.
Pekerjaan rumah besar buat para pengrajin desainer ataupun seniman lokal yang membuat karya karya tradisional. Tetap menjaga agar produk mereka tetap unik dan tidak perlu terseret arus tren yang serba instan buatan teknologi.
Jadi di tengah gempuran teknologi globalisasi dan segala hal yang serba canggih ini. Pelaku industri kreatif harus memang pintar pintarnya mempertahankan ciri dan identitas budaya. Yang selama ini mereka miliki dalam setiap karya yang mereka buat.
Sangat sedih aja sih. Jika ikut tren nilai orisinalitas dan kearifan yang selama ini juga ikut hilang. Justru inilah saatnya kita memang memanfaatkan teknologi dan tradisi dengan cara yang cerdas dan bijak. Biar produk lagam hias itu tetap memiliki karakter dan tidak kehilangan roh serta wujud ketradisiannya.
Adaptasi Teknologi oleh Pelaku UMKM

Nah yang menarik lagi adalah tentang adaptasi teknologi para pelaku UMKM di tengah gempuran teknologi yang semakin canggih. Banyak saat ini pelaku UKM yang konsen pada bidang ragam hias masih belum akrab dengan dunia digital apalagi soal AI..
Padahal kita ketahui teknologi itu sebagai senjata rahasia yang tidak harus orang ketahui bagaimana kita gunakan. Artinya untuk mengembangkan sebuah produk ragam hias dan memperluas pasar kita memang membutuhkan sebuah teknologi.
Namun sayangnya adalah keterbatasan akses dan pemahaman soal teknologi. Membuat para pengrajin atau designer yang ada di daerah terlambat mengikuti tren.
Para pengrajin ini memang lebih nyaman dengan cara-cara yang lama dan secara tradisional. Membuatnya secara manual tanpa tahu kalau ada teknologi yang bisa lebih kerja cepat efisien dan hasilnya mungkin lebih bagus.
Inilah warningnya. Kalau nggak segera, beradaptasi. Maka UMKM itu bisa-bisa semakin ketinggalan dari kompetitor yang sudah duluan menggunakan dan memanfaatkan teknologi.
Bayangkan saja bagaimana produk-produk kerajinan yang selama ini secara lokal harus bersaing dengan barang-barang yang terproduksi secara massal dengan menggunakan teknologi yang sudah super canggih.
Tanpa strategi atau pola yang baru dalam pemanfaatan teknologi. Rasanya sulit kita untuk tetap eksis di pasar yang semakin banyak tuntutannya dan semakin dinamis saat ini.
Makanya penting banget nih Dinas pariwisata terutama UMKM di indonesia. Mulai melek teknologi. Kita tidak harus jago dalam teknologi, tapi hal-hal yang sederhana dan simpel memang harus dipelajari. Agar kita tidak ketinggalan misalkan saja bagaimana promosi lewat media sosial. Kita juga harus ikut aktif pelatihan pelatihan digital marketing hingga aplikasi desain yang user friendly.
Dengan begitu pelaku UMKM bisa terus kreatif inovatif. Pastinya lebih siap bersaing di era digital
Selanjutnya anda boleh berkomentar jika anda tidak sepakat dengan hal ini.