Ragam Hias dalam Teori Semiotika Charles Sanders Pierce

Ragam Hias dalam Teori Semiotika Charles Sanders Pierce

Ragam hias dala teori semiotika. Sahabat Indonesia, pada artikel kali ini kita akan berbagi konsep tentang semiotika sebagaimana teori Charles Sanders Peirce (1890) yang kaitannya dengan seni rupa terapan, khususnya melihat karya motif dan ragam hias tradisional di Indonesia.

Beberapa artikel yang sahabat Indonesia telah baca sebelumnya, terkait dengan beberapa karya seni terapan yang kajiannya konsern pada ragam hias, maka teori semiotika oleh C.S Pierce ini akan sangat membantu kita untuk mengapresiasinya dan menilainya secara obyektif.

Teori semiotika yang memperkenalkannya adalah Charles Sanders Peirce. C.S Pirce lahir di Camridge, Massachussets. C.S. Pierce menyelesaikan pendidikan di Harvard University, selanjutnya dengan ilmunya, Pierce sebagai engajar mata kulaih logika dan filsafat di Universitas John Hopskin dan Harvard.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang memakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.

Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya mempelajari bagaimana kita sebagai manusia memberikan makna dan memaknai ‘tanda’ (obyek) tidak mencampuradukkan dengan berbagai hal yang selain kontek obyek tersebut ketika mengkomunikasikannya (to communicate).

Bagi Charles Sanders Peirce, prinsip mendasar sifat tanda adalah sifat representatif dan interpretatif.  Sifat representatif tanda berarti tanda merupakan sesuatu yang lain. Ssedangkan sifat interpretatif adalah tanda tersebut memberikan peluang bagi interpretasi bergantung pada pemakai dan penerimanya.

Baca Juga : 11 Ragam Hias Papua: Motif dan Ciri khasnya

Tiga wilayah penting Semiotika

Secara umum konsep dasar semiotika memiliki tiga wilayah kajian.

Pertama tanda itu sendiri, pada bagian ini kita akan mempelajari tentang berbagai tanda yang berbeda, setiap tanda akan berbeda sangat berbeda ketika menyampaikan makna. Termasuk bagaimana manusia menggunakan tanda tersebut.

Contohnya pada motif ragam hias, motif gajah yang oleh seniman atau pengrajin dari Thailand, akan sangat berbeda menyampaikan makna dengan gajah yang hasilnya oleh pengrajin dari Sumatera (Indonesia)

Kedua terkait dengan Sistem atau kode studi. Hal ini berkaitan dengan cara berbagai sistem atau kode yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan komunitas, masyarakat atau budaya.

Contohnya kambali pada Gajah, maka motif gajah yang tercipta sebagai komunikasi yang berbeda antar orang Sumatera dengan orang Thailand.

Ketiga adalah kebudayaan tempat kode dan tanda yang ada sangat bergantung pada penggunaan kode dan tanda yang ada sebelumnya.

Contohnya budaya masyarakat Thailand menganggap bahwa gajah sebagai hewan sakral karena melambangkan kekuatan, kebijaksanaan hingga keberuntungan. Termasuk simbol tradisi ritual, sementara buat masyarakat sumatera mungkin tidak demikian. Penerapannya dalam ragam hias tentu saja sangat berbeda.

Selanjutnya Charles Sanders Peirce juga memberikan penegasan bahwa manusia dapat berpikir dan mengembangkan pemikirannya melalui sarana ‘tanda’. Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya tanda dalam kehidupan manusia.

Demikianjuga kaitannya dengan ragam hias tradisional Indonesia. Tanda yang ada pada setiap motifnya akan sangat memengaruhi makna dan filosofi dari bentuk ragam hiasnya. Tanpa tanda (sign), manusia secara mendasar mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Jadi Tanda itu adalah basis dari seluruh proses komunikasi manusia.

Trikotomi Semiotika

Teori semiotika sebagaimana yang ungkapan C. S Pierce fokusnya kepada hubungan trikotomi antara tanda-tanda dalam karya, termasuk karya seni. Hubungan trikotomi tersebut antara objek, representamen dan interpretan.

Object adalah sesuatu yang merujuk pada tanda. Seperti merujuk pada motif dala ragam hias. Sesuatu yang mewakili representamen yang berkaitan dengan acuan.

Selanjutnya Representamen adalah bentuk yang menerima tanda atau berfungsi sebagai tanda. Jika ragam hias memberikan makna filosofi.

Sedangkan yang terakhir, Interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang merujuk pada sebuah tanda.

Untuk memperjelas model trikotomi (objek, representamen dan interpretan) menurut Charles Sanders Peirce dapat membacanya pada gambar berikut:

Teori Semiotik, model trikotomi (objek, representamen dan interpretan) menurut Charles Sanders Peirce

1.    Representamen

Merupakan bentuk fisik atau segala sesuatu yang dapat terserap pancaindra dan mengacu pada sesuatu. Representament juga terbagi lagi menjadi 3, yaitu:

Pertama, Qualisign yakni tanda yang menjadi tanda berdasarkan sifatnya. Misalnya sifat warna merah adalah qualisign, karena dapat memakai tanda untuk menunjukkan cinta, bahaya, atau larangan.

Kedua Sinsign adalah tanda-tanda yang menjadi tanda berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Semua ucapan yang bersifat individual bisa merupakan sinsign suatu jeritan, dapat berarti heran, senang atau kesakitan.

Ketiga Legisign yakni tanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode. Semua tanda-tanda bahasa adalah legisign, sebab bahasa adalah kode, setiap legisign mengandung di dalamnya suatu sinsign, suatu second yang menghubungkan dengan third, yakni suatu peraturan yang berlaku umum.

2.    Objek

Obyek dapat terklasifikasikan menjadi icon, (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol).

Objek adalah sesuatu yang mewakili representamen. Objek ini bisa bersifat konkret (nyata) atau abstrak (konsep atau gagasan). Contohnya lampu lalu lintas: Objek: Perintah untuk berhenti. Cahaya merah tersebut mewakili aturan atau perintah yang harus patuhi oleh pengendara untuk berhenti.

Pertama Ikon adalah tanda yang menyerupai benda yang mewakili atau suatu tanda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang termaksudkan. Misalnya, kesamaan sebuah peta dengan wilayah geografis yang tergambarkan seperti foto, dan lain-lain.

Kedua Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung pada keberadaannya suatu denotasi, sehingga dalam terminologi peirce merupakan suatu secondness. Indeks adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan atau kedekatan dengan apa yang mewakilinya.

Ketiga Simbol adalah suatu tanda, yang mana hubungan tanda dan denotasinya oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau oleh suatu kesepakatan bersama.

3.    Interpretan

Interpretant adalah makna atau pemahaman yang ada dalam benak manusia manakkala melihat representamen. Hasil interpretasi manusia terhadap hubungan antara representamen dan objek. misalkan lampu lalu lintas.

Kaitannya dengan InterpretantadalahPengendara memahami bahwa ketika lampu berwarna merah menyala, mereka harus berhenti. Namub ketika lampu merah itu berdiri sendiri  bukan sebagai rambu lalulintas Interpretasi ini bisa berbeda di tempat lain.

Misalnya di budaya atau aturan yang berbeda lampu merah juga akan berbeda makna, tetapi secara umum di banyak tempat, lampu merah berarti berhenti.

Contoh LainnyaMisalkan sebuah logo apel tergigit.Representamenberkaitan denganGambar apel tergigit.Objek adalahPerusahaan teknologi Apple dan produk-produknya (seperti iPhone, MacBook).InterpretantPersepsi masyarakat terhadap Apple sebagai produk teknologi dengan merek premium, inovatif, dan berteknologi tinggi.

Tanda dalam interpretan terbagi menjadi rheme, dicisign, dan argument.

Pertama Rheme, bilamana lambang tersebut interpretannya adalah sebuah first dan makna tanda tersebut masih dapat dikembangkan. Lambang yang dikomunikasikan masih interpretatif. Tentu saja akan menemukan peluang perdebatan dalam mengkomunikasikannya.

Kedua Dicisign (dicentsign), bilamana antara lambang itu dan interpretannya terdapat hubungan yang benar ada. Keterkaitannya sangat dekat, sehingga tidak akan diperdebatkan secara mendalam. Hubungan yang benar ini membuktikan bahwa secara interpreten terdapat hubungan yang kuat.

Ketiga Argument, bilamana suatu tanda dan interpretannya mempunyai sifat yang berlaku umum (merupakan thirdness). Artinya tidak memerlukan penjelasan dan komunikasi yang panjang lebar. Sifat umumnya memberikan tanda bahwa orang umum sudah mengetahuinya.