Ornamen pada Bantayo Po’Boide Gorontalo yang Jarang Diketahui

Bagikan ke
Ornamen pada Bantayo Po'Boide Gorontalo yang Jarang Diketahui

Ornamen pada Bantayo Po’Boide Gorontalo yang popular kita temui di Provinsi yang berdekatan dengan Kota Manado. Provinsi dari hasil pemekaran dari Provinsii Sulawesi Utara ini Letaknya pada sudut barat sedikit ke utara pulau Sulawesi.

Berdiri dengan ‘kharisma’ sebuah rumah adat yang tak sekadar berfungsi sebagai bangunan fisik pada umumnya sebagai kebutuhan papan.

Rumah itu berbicara, menyampaikan pesan-pesan kebijaksanaan leluhur lewat setiap ukiran dan ornamen di setiap dinding dan tubuhnya.

Rumah ini bernama Bantayo Po’ Boide. Simbol budaya Gorontalo yang menyimpan makna lebih dari sekadar berkumpul dan tempat bermusyawarah.

Dalam Artikel ilmiah yang di tulis oleh Almer Hassan Ali ini, membongkar satu per satu rahasia yang tersembunyi di dalam detail-detail visual rumah Bantayo Po’ Boide yang terletak di Kelurahan Kayu Bulan Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo

Baca juga: Tenun Sikka Di Tanah Flores: “Benang ikat yang Bernyawa”

Ketika Rumah Bicara Lewat Ragam Hias

Artikel Ornamen pada Bantayo Po’Boide Gorontalo yang sangat menarik ini terbit pada Jurnal Patra Vol.3 No.2 (Oktober 2021). Ini memulai penjelajahannya bukan dengan data yang ‘dingin’ atau teori kaku, tapi dengan semangat untuk menafsirkan kembali makna warisan budaya.

Terutama memberikan penjelasan pada setiap ornamen yang melekat pada rumah yang dulunya biasa digunakan untuk bermusyawarah.

Sebagai Penulis, Almer Hassan menggunakan pendekatan deskriptif, berpijak pada wawancara mendalam dengan tokoh adat, dokumentasi visual, hingga observasi langsung pada rumah adat Gorontalo.

Tentu dengan motode yang di gunakan ini buat kita akan mendapatkan informasi yang terbaik dan akan mendapatkan wawasan yang lebih dalam.

Semua ulasan pada artikel tersebut, penulis lakukan untuk mengupas satu demi satu ornamen yang menghiasi rumah adat Bantayo Po’ Boide.

Kamu bisa Bayangkan pada bagian bawah pagar serambi, kita akan menemukan ukiran burung belibis, bunga teratai, dan daun sukun.

Tapi ini bukan sekadar ukiran indah. Burung belibis melambangkan kecerdikan dan kepekaan orang Gorontalo terhadap lingkungan.

Teratai? Ia simbol kehidupan yang bersih dan merakyat, tumbuh di antara air dan udara. Sementara sukun, menjadi lambang kelembutan seorang ibu atau ratu yang mengayomi keluarganya.

Bagaimana menarik kan?

Simbol yang Terjalin Dalam Arsitektur

Almer Hassan menjelaskan bagimana plafon rumah tersebut di hiasi teratai dan rantai yang terangkai secara simetris.

Satu hal yang menarik bahkan Lebih dalam lagi, Almer Hassan menjelaskan bagimana plafon rumah tersebut di hiasi teratai dan rantai yang terangkai secara simetris.

Dalam Artikel tersebut penulis menjelaskan bahwa motif ini merepresentasikan hubungan dua kerajaan besar: Hulonthalo dan Limutu, seperti dua bunga teratai yang tumbuh di danau Limboto.

Sedangkan motif rantai bukan tanda kekangan, melainkan simbol persaudaraan dan keterikatan kultural yang kuat.

Bahkan hingga saat ini, tradisi tersebut masih kita dapatkan di Gorontalo.

Tak berhenti sampai di situ, pada bagian pinggiran plafon ada motif pohon beringin dan segitiga. Uniknya, motif beringin ini menyimpan dualitas makna: bagi sebagian tokoh adat di Gorontalo, ini adalah bentuk dedikasi terhadap lambang politik pada masa pembangunan rumah.

Sementara bagi budayawan Gorontalo, pohon beringin mewakili semangat hidup, keinginan melindungi kaum lemah, dan nilai persatuan.

Bagaimana dengan Motif segitiga? Ternyata ia melambangkan tiga unsur penting dalam tatanan hidup masyarakat Gorontalo: Tuhan, Raja, dan Rakyat.

Penulis dengan cerdas menjelaskan bahwa posisi simbolik ini bukan menyejajarkan Raja dengan Tuhan, melainkan mengingatkan bahwa pemimpin ideal harus meneladani sifat-sifat ilahiah (Asmaul Husna) dalam kepemimpinannya.

Arsitektur yang Menjaga, Bukan Hanya Melindungi

Pada Bagian ventilasi pintu dan jendela juga tidak luput dari Ulasan penulis. Ornamen tombak (juwele) dan perisai (periso) bukan hanya dekorasi. Kedua ornamen ini memberikna signal tentang penjaga tak kasat mata yang menyimbolkan kewaspadaan dan perlindungan terhadap gangguan dari luar.

Sekilas terlihat seperti pola biasa, namun ternyata menyimpan filosofi mendalam yang mengakar dalam sejarah kerajaan Gorontalo. mengenai sejarah ini menarik juga anda telusuri pada referensi lainnya tntang Sejarah Gorontalo.

Dan terakhir, motif bunga melati yang tersemat di pinggiran atap — simbol kesucian, keramahan, dan kemuliaan.

Penulis dari Fakultas Desain Komunikasi Visual, Teknik, Universitas Ichsan Gorontalo ini menegaskan bahwa semua ini adalah perwujudan dari cara orang Gorontalo menanamkan nilai-nilai luhur ke dalam bangunan, menjadikan rumah sebagai ‘tubuh kedua’ yang mewakili jati diri budaya mereka.

Sebuah Jurnal yang Menghidupkan Bangunan

Membaca artikel ini seperti berjalan menyusuri rumah adat Bantayo Po’ Boide sambil dipandu oleh pemandu budaya yang penuh semangat. Mungkin karena gaya menjelaskan pada jurnal tersebut yang sangat menarik.

Gaya penulisannya yang ringan namun akademis, membuat pembaca awam sekalipun bisa menikmati isi artikel tanpa merasa kewalahan. Ini bukan sekadar jurnal ilmiah; ini adalah karya naratif yang menjembatani antara ilmu dan kearifan lokal.

Sebuah gaya penulisan mode gaya anak DKV

Melalui pendekatan yang menyatu antara data lapangan dan interpretasi simbolik, artikel ini menjadi penting sebagai referensi pelestarian arsitektur tradisional. Di tengah era modern yang menggilas segala yang “lama”.

Pada tulisan ini mengajak kita kembali melihat rumah adat bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebagai medium komunikasi budaya yang hidup.

Sebuah Refleksi Kultural dalam Ukiran

Rumah Adat Bantayo Po’ Boide telah menjadi cermin besar yang merefleksikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Gorontalo.

Dan jurnal ini berhasil menangkap pantulan tersebut dengan jernih dan penuh rasa hormat. Tak berlebihan jika kita menyebutnya sebagai kisah arsitektur yang penuh jiwa. Dalam rona ragam hias yang menyertainya.

Bagi Anda yang ingin mengenal Gorontalo lebih dekat, atau sedang mencari inspirasi penulisan tentang warisan budaya lokal Indonesia — Tulisan ini menjadi salah satu bahan bacaan yang tak boleh dilewatkan.

Tertarik membaca jurnal lengkapnya?

Silakan kunjungi laman Jurnal Patra Vol.3 No.2 – Oktober 2021 dan cari judul “Kajian Makna Ragam Hias Rumah Adat Bantayo Po’ Boide Kabupaten Gorontalo” oleh Almer Hassan Ali.

Jika Anda merasa bahwa rumah adat hanyalah bangunan tua yang dilestarikan untuk wisata, mungkin artikel ini akan mengubah cara pandang Anda.

Setiap Rumah akan bisa bicara, asalkan kita tahu bagaimana cara mendengarkannya.

Pengulas: Baso Marannu (pemerhati seni kerajinan Indonesia) owner pengembang website www.ragamhiasindonesia.id. saat ini sebagai peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban – BRIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *