Motif Kalong Serawak: Jejak Simbolik Orang Ulu

Bagikan ke
Motif Kalong Serawak: Jejak Simbolik Orang Ulu

Motif Kalong Serawak adalah Kalong adalah sebagai perlambangan sikap, keinginan dan lingkungan pemikiran masyarakat Orang Ulu.

Di balik ukiran-ukiran yang rumit dan memikat pada rumah panjang masyarakat Orang Ulu di pedalaman Sarawak. Ternyata tersimpan kisah lama yang mengalir seperti sungai zaman.

Artikel ini bukan sekadar tentang estetika atau seni. Melainkan narasi hidup yang terwariskan secara turun-temurun melalui motif bernama Kalong.

Motif-motif Kalong Orang Ulu secara umumnya dapat terbagi menjadi empat kategori yaitu flora, fauna dan manusia serta kosmos.

Dan Artikel berjudul “Ragam Hias Kalong dalam Senibina Masyarakat Orang Ulu di Sarawak” karya Lydia Patrick Padri dan Harozila Ramli, dari Seni dan Reka Bentuk. Fakulti Seni, Komputeran dan Industri Kreatif. Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia. Berhasil menyibak makna-makna tersembunyi itu dengan pendekatan yang cermat namun menyentuh.

Artikel ini terbit pada jurnal Journal of Humanities and Social Sciences, bulan Desember 2021

Baca Juga: Ornamen pada Bantayo Po’Boide Gorontalo yang Jarang Diketahui

Kalong: Bukan Sekadar Hiasan

Penjabaran tentang Motif Kalong Serawak. Melalui pendekatan kualitatif yang bersandar pada wawancara, telaah pustaka, dan pengamatan budaya. Artikel ini mampu membuka wawasan kita tentang bagaimana masyarakat Orang Ulu menggunakan ragam hias. Bukan semata-mata untuk mempercantik bangunan atau perlengkapan lainnya. Tapi juga sebagai penyampai pesan sakral dan identitas sosial orang Ulu.

Kalong, yang merujuk pada motif ukiran, lukisan, atau pola dekoratif, tidak bisa terlepas dari alam spiritual Orang Ulu. Ia tumbuh dari mimpi, mitos, dan hubungan mendalam antara manusia dengan alam dan roh leluhur.

Terdapat beberapa jenis motif Kalong yang biasa di gunakan pada binaan dalam masyarakat
Orang Ulu iaitu yang terdiri daripada: (1) Kalong Kelawit-Kawit (motif salur paut). (2) Kalong Kayu Aren (pokok kehidupan). (3) Kalong Penat. (4) Kalong Kelunan (motif manusia). (5) Kalong Aso’ / Naga Aso’ (kombinasi naga dan anjing). (6) Kalong Tebengang (enggang)

Penulis tidak hanya menjelaskan motif secara visual. Tetapi juga menelusuri falsafah yang menyertainy. Mulai dari Kalong Kayu Aren yang di sebut sebagai “Tree of Life”. Hingga Kalong Aso’. Gabungan antara anjing dan naga yang mencerminkan kesetiaan dan kekuatan. Ini bukan sekadar ornamen; ini adalah filosofi hidup.

Jenis Motif Kalong

Kalong Kelawit-Kawit (motif salur paut)

Kalong Kelawit-Kawit (motif salur paut)

Motif Kalong Kelawit-kawit ini diilhamkan daripada tumbuh-tumbuhan iaitu yang memiliki bentuk seperti salur paut tumbuhan sama ada berdahan ataupun dipautkan pada mana-mana bahagian motif berkenaan

Penggunaan Kalong Kelawit-kawit pada sesebuah binaan dalam masyarakat Orang Ulu adalah sangat penting kerana peranannya sebagai pelengkap kepada motif-motif utama agar motif utama tidak kelihatan kosong.

Kalong Kayu Aren (pokok kehidupan)

Kalong Kayu Aren (pokok kehidupan)

Kalong Kayu Aren bermula dengan perkataan asal yaitu ‘maren’ yang bermaksud ‘kelas bangsawan’ dalam status sosial masyarakat Orang Ulu.

Oleh yang demikian, motif ini adalah sebagai tanda bahawa ketua rumah panjang tersebut ialah seorang ketua yang bijaksana serta berkemampuan untuk membimbing anak buahnya.

Kalong Penat

Kalong Penat

‘Penat’ dalam bahasa Kenyah bermaksud ‘tarik’, melambangkan betapa baik dan cantiknya bentuk
motif ini, maka masyarakat Orang Ulu telah menciptakan puisi khas untuk mengambarkan motif
Kalong Penat ini.

Dalam sebuah binaan masyarakat Orang Ulu, Kalong Penat jika dilukis pada dinding rumah
panjang akan dikenali sebagai Kalong Nding (ukiran dinding) dan mempunyai persamaan dengan
Kalong Kayu Aren iaitu mempunyai punca dahan

Untuk Penjelasna Kalong lainnya anda dapat membaca pada artiekl lengkapnya Journal of Humanities and Social Sciences

Motif yang Menyimpan Identitas Sosial

Kekuatan Artikel ini terletak pada kemampuannya mengaitkan simbol dengan struktur sosial masyarakat. Sebagai contoh, motif Kalong Kelunan (manusia) hanya boleh dikenakan oleh wanita dari kalangan bangsawan (paren). Hal ini menunjukkan betapa eratnya kaitan antara seni visual dan sistem stratifikasi sosial.

Begitu pula Kalong Tebengang, yang menggambarkan burung enggang sebagai dewa dunia atas, digunakan secara eksklusif pada bagian tertinggi bangunan yang dihuni oleh pemimpin adat.

Penulis mengungkapkan bahwa dalam konteks ini, seni bukan hanya seni. Ia adalah sistem komunikasi visual yang mencatat sejarah, menyatakan status, sekaligus menjaga harmoni antar manusia dan kosmos.

Menjaga Harmoni Lewat Simbol

Artikel ini juga berhasil menyoroti bahwa fungsi Kalong tidak melulu religius atau magis, tapi juga mencakup fungsi sosial dan sekuler.

Misalnya, Kalong Penat dengan komposisi seimbang merepresentasikan solidaritas dan kerja sama antar anggota komunitas. Dalam seni bina rumah panjang (lamin), motif ini menjadi fondasi visual dari semangat gotong royong.

Yang menarik, penulis juga menggarisbawahi bagaimana masyarakat Orang Ulu Serawak mampu menciptakan struktur estetik yang begitu harmonis tanpa meninggalkan nilai-nilai spiritual.

Kalong menjadi cara mereka menjahit makna hidup ke dalam dinding rumah, tangga, tiang, bahkan perahu dan tempat penyimpanan padi.

Seni sebagai Bahasa Rohani dan Sosial

Saya mengapresiasi artikel ini, karena tidak hanya informatif, tetapi juga membangkitkan kekaguman. Bagi pembaca yang awam sekalipun, bahasa penulisan yang digunakan cukup ramah dan membawa pembaca menyelami dunia Orang Ulu tanpa merasa asing.

Penulis berhasil menghindari jebakan akademik yang kaku, dan justru membiarkan pembaca ikut menikmati alur cerita setiap motif dengan tenang dan penuh rasa hormat.

Lebih dari sekadar artikel ilmiah, karya ini adalah upaya pelestarian, sebuah dokumentasi naratif yang mendalam terhadap warisan budaya yang nyaris tak terdengar di tengah hiruk-pikuk modernitas.

Kenapa Artikel Ini Layak Anda Baca?

  • Jika Anda tertarik dengan seni ukir tradisional Borneo, artikel ini membuka cakrawala baru tentang fungsi sosial dan spiritual dari ragam hias Kalong.
  • Jika Anda seorang desainer, peneliti budaya, atau pemerhati seni, jurnal ini bisa menjadi referensi kaya simbol dan filosofi visual.
  • Jika Anda sekadar pecinta budaya Nusantara dan ingin tahu bagaimana sebuah komunitas menyatu dengan semesta lewat seni, ini adalah bacaan wajib Anda.

Ingin membaca jurnal lengkapnya?

Ragam Hias Kalong dalam Senibina Masyarakat Orang Ulu di Sarawak
Journal of Humanities and Social Sciences, Vol.3 No.3, 2021
DOI: 10.36079/lamintang.jhass-0303.304

Kalau Anda percaya bahwa setiap ukiran adalah suara dari masa lalu, maka motif Kalong adalah suara paling jujur dari masyarakat Orang Ulu Serawak dan artikel ini membantumu mendengarkannya.

Pengulas: Baso Marannu (pemerhati seni kerajinan Indonesia) owner pengembang website www.ragamhiasindonesia.id. saat ini sebagai peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban – BRIN