
Rahasia Kharisma Tenun Geringsing yang Mengikat Kelangkaan Warisan Bali. Asal kata ‘Gering’ berarti Wabah, sedangkan Sing artinya Tidak, Geringsing artinya sebagai penolak Bala.
Jadi orang Bali mempercayai bahwa dengan menggunakan tenun Gringsing ini akan di jauhkan dari berbagai wabah, terutama penyakit.
Di balik tenunan rumit dan warna-warna klasik dari kain Geringsing, tersembunyi kisah panjang tentang ketekunan, simbolisme, dan keharmonisan alam.
Artikel berjudul “Deskripsi Ragam Hias Motif Dinding Ai dan Sanan Empeg Tenun Ikat Geringsing” karya Luh Wina Sadevi. Terbit di Jurnal Da Moda Vol. 1 No. 2 (Mei 2020), mengajak kita menapaki jejak tradisi kuno dari desa Tenganan Pegringsingan, Bali. Yang hingga hari ini masih memelihara teknik tenun ikat ganda yang langka di dunia.
Sahabat Indonsia, terdapat tiga jenis tenun ikat yaitu tenun ikat lungsi, tenun ikat pakan, tenun ikat ganda atau dobel ikat.
Ketiga jenis tenun ikat tersebut masih di produksi di beberapa pulau di Indonesia.
Untuk proses produksi tenun ikat ganda hanya terkenal di tiga tempat di dunia, yaitu India, Jepang, dan Indonesia.
Di Indonesia yang hingga kini masih memproduksi tenun ikat ganda berada di desa Tenganan Pegringsingan, Bali. Tenun ikat ganda yang di produksi di desa Tenganan Pegeringsingan, Bali di sebut dengan tenun ikat geringsing.
Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia. Yang masih memproduksi tenun ikat pakan yang di sebut dengan endek dan tenun ikat ganda.
Mengenal Geringsing: Tenun Ikat ganda dari Bali
Seperti sebuah karya seni murni umumnya yang di kerjakan dengan napas panjang dalam waktu yang sangat panjang.
Geringsing lahir dari teknik tenun ikat ganda. Salah satu yang paling kompleks dan hanya bertahan di tiga tempat di dunia: India, Jepang, dan Bali.
Desa Tenganan Pegringsingan, bak penjaga pusaka, tetap setia merawat teknik ini.
Tenun ikat ganda, yaitu ragam hias pada kain tampil sebagai akibat dari ikatan baik dari ikatan benang pakan maupun lungsinnya. Ragam hias akan terbentuk apabila persilangan kedua benang tersebut tepat pada titik pertemuan bagian-bagian desain.
Tenun ikat gringsing menunjukkan adanya prinsip desain yang sama. Yaitu motif yang di susun pada titik tengah kain yang selanjutnya terbagi lagi dengan mengatur motif dengan berbagai cara. Misalnya di susun secara horisontal dan vertikal.
Secara umum kain tenun ikat gringsing memiliki ciri tanda tambah (+) yang berarti hubungan manusia dengan sang Pencipta.
Selain itu juga terdapat arti tentang penolakan kepada hal-hal yang buruk. Dalam beberapa kain tenun ikat geringsing, penamaan Bali juga di gunakan ke dalam penamaan motif tenun ikat gringsing.
Baca juga : Iluminasi Surat Melayu Abad 18: Inspirasi Ragam hias persuratan
Tenun Geringsing Motif Dingding Ai

Ragam hias utama motif Dingding Ai berupa ragam hias dekoratif yang merupakan stilasi dari matahari kecil. Warna latar kain tenun ikat motif Dingding Ai berwarna hitam, sedangkan warna ragam hias utama berwarna merah.
Inilah yang menjadi ciri khas kain Geringing
Ragam hias pelengkap motif Dingding Ai berupa ragam hias geometris dengan bentuk kotak-kotak kecil yang disebut dengan Batun Cagi/biji buah Asam yang mengelilingi matahari kecil dan berbentuk trapezoid yang disebut dengan Tain Bikul/Kotoran tikus. Warna ragam hias pelengkap merah dan putih.
Tenun Geringsing Motif Sanan Empeg

Ragam hias utama motif Sanan Empeg terdiri dari ragam hias geometris berupa bentuk kotak persegi panjang yang di dalamnya terdapat ragam hias organis tumbuh-tumbuhan (bunga Srigading).
Warna kotak persegi panjang putih, sedangkan warna ragam hias organis tumbuh-tumbuhan merah dan warna latarnya hitam.
Ragam hias pelengkap motif Sanan Empeg berupa ragam hias dekoratif (Dingding Ai).
Sama seperti motif Dingding Ai, terdiri dari ragam hias dekoratif (Matahari kecil) dan geometris (Batun Cagi).
Warna ragam hias dekoratif (Matahari kecil) merah dan geometris (Batun Cagi) putih yang terletak di dalam ragam hias geometris (Kotak persegi panjang) dengan warna latar hitam.
Keduanya bukan sekadar pola visual, tetapi representasi dari filosofi, keindahan alam, dan teknik stilasi tinggi yang menyatu dalam helai-helai benang.
Keindahan Gerinsing: Antara Geometri dan Alam

Luh Wina Sadevi menggambarkan dengan sangat apik struktur motif Dinding Ai dan Sanan Empeg, sehingga pembaca artikel ini semakin menarik dengan penampilan penjelasan pada ragam hiasnya.
Dingding Ai: Mengusung stilasi matahari kecil sebagai motif utama. Dengan latar hitam pekat dan aksen merah menyala, motif ini di kelilingi oleh ragam hias geometris berupa kotak-kotak kecil (Batun Cagi) dan trapezoid (Tain Bikul).
Sanan Empeg: Menghadirkan bentuk kotak persegi panjang yang di dalamnya terdapat gambar stilasi tumbuhan, seperti bunga Srigading, memperkaya tekstur organik kain. Motif ini juga dikelilingi elemen dekoratif Dingding Ai, menjalin harmonisasi antara motif geometris dan organis.
Lewat deskripsi ini, pembaca seakan di ajak melihat, menyentuh, dan merasakan bagaimana kekuatan artistik dan simbolik tersulam rapi di setiap helai kain Geringsing.
Mengenalkan kekharismaan Ragam Hias
Salah satu keunggulan artikel ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif yang cermat: Observasi lapangan langsung di desa Tenganan Pegeringsingan, bali, Wawancara dengan pelaku usaha tenun, Dokumentasi foto sebagai bukti visual, Studi literatur yang menguatkan kerangka teoretis.
Ada tiga warna dasar dari kain tenun Geringsing, pertama warna merah berarti api simbol panas atau kadang ada mengartikan tanah, Warna Hita sebagai simbolisasi air, ketiga warna kunging adalah simbol udara.
Jadi yang perlu di seimbangkan dalam kehidupan ini adalah tanah, Air dan Udara. Maka tidak heran dalam beberapa upacara tertentu di Bali kain Gerinsing menjadi pakaian utama yang mereka gunakan dalam proses upacara tersebut.
Mengapa Artikel Ini Penting?
Dalam era globalisasi di mana banykanya berabagai kain tenun, baik yang terbuat secara tradisional maupun modern, sebenarnya ada nilai-nilai lokal yang tenpa kita sadari semakin tergerus.
Penelitian ini memberikan pelajaran buat kita tentang : pertama Cara lain untuk dokumentasi ilmiah terhadap motif-motif yang rawan di lupakan, terutama kain tenun yang sudah jarang di produksi.
Kedua merupakan cara menJembatani para generasi muda untuk mengenal warisan budaya leluhur termasuk nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Ketiga menjadi Inspirasi kreatif bagi desainer tekstil, akademisi, hingga pelaku industri kreatif yang mencari kekayaan lokal sebagai sumber inovasi. Dengan selalu mengangkat karya anak Bangsa Indonesia.
Artikel ini memberikan wawasan kepada kita semua bahwa Geringsing bukan hanya soal kain tenun, melainkan tentang kain yang memeiliki identitas, kepercayaan, dan kesinambungan budaya terutama di Bali.
Untuk peneliti selanjutnya
Saya pribadi menganggpa artikel ini sudah sangat baik dalam deskripsi dan dokumentasi, termasuk beberapa penjelasan yang terkait dengan ragam hias tersbut.
Untuk para peneliti selanjutnya ada beberapa masukan yang mungkin dapat dijadikan tema riset selanjutnya
- Memberikan riset lanjutka tentang Analisis Simbolik Lebih Dalam. Misalnya, apa makna filosofis di balik stilasi beberpa bagian pnting dari Ragam Hias Gerinsing dalam kosmologi masyarakat Tenganan bali.
- Riset yang mendalam tentang Pengayaan Konteks Sosial dan Ritual. Terutama Akan sangat menarik jika motif-motif Gerinsing ini juga dikaitkan dengan upacara adat, tahap kehidupan, atau nilai-nilai spiritual masyarakat Bali.
- Adanya riset lanjutan tentang Visualisasi yang Lebih Interaktif. Tenun gerinsing. Diagram alur pembuatan atau infografis tentang struktur motif bisa membuat pembaca lebih mengetahui secara detil kerumitan proses tenun ikat ganda Geringsing Bali.
Pengembangan ini akan memperkaya narasi tentang Kerajinan tenun yang tradisional di Bali. Semakin hidup dan memperkaya pengalaman membaca, terutama bagi audiens muda dan pembaca global.
Kesimpulan
“Deskripsi Ragam Hias Motif Dinding Ai dan Sanan Empeg Tenun Ikat Geringsing” bukan hanya memperkenalkan motif-motif kuno kepada dunia modern. Artikel ini adalah bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal Bali yang penuh makna.
Melalui gaya penulisan yang sistematis namun mengalir, Luh Wina Sadevi mengingatkan kita bahwa di balik sehelai kain, tersembunyi filosofi hidup, rasa estetika tinggi, dan cerita panjang yang sepatutnya kita jaga bersama.
Judul Artikel:
Deskripsi Ragam Hias Motif Dinding Ai dan Sanan Empeg Tenun Ikat Geringsing
Penulis: Luh Wina Sadevi
Dipublikasikan di: Jurnal Da Moda Vol.1 No.2, Mei 2020
Pengulas: Baso Marannu (pemerhati seni kerajinan Indonesia) owner pengembang website www.ragamhiasindonesia.id. saat ini sebagai peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban – BRIN