Cara Mengenali Potensi Diri: Mulai dari Niat

Bagikan ke
Cara Mengenali Potensi Diri: Mulai dari Niat

Cara mengenali potensi diri terutama para pengrajin dan pengusaha kerajianan nusantara. Marilah kita bangkitkan usaha kerajinan di Indonesia yang memang memiliki akar budaya, tradisi dan seni khas Indonesia.

Kita bisa bangkit dan menjadi usaha kerajinan yang di segani dunia. Sekarang ini memang banyak teknologi yang berkaitan dengan kecerdasan manusia (AI) dan mulai merambah ke dunia seni visual. Jadi bukan saja pemikiran tapi juga sudah mampu menghasilkan karya seni layaknya manusia.

Namun jangan khawatir! Sehebat apapun AI saat in, tetap memiliki kelemahan yang sangat signifikan, yang paling realistis adalah jika pengrajin berkarya dengan hati dan jiwa akan menghasilkan karya artisitik. Saat ini tentunya belum mampu di lakukan oleh teknologi AI.

Entah kedepannya, bisa jadi AI semakin cerdas dan kita mulai terjajah dan tersingkirkan dalam peradaban manusia.

Saran saya terhadap para pengrajin dan pengusaha seni kerajinan di Indonesia haruslah optimis. Kita tidak perlu khawair dengan perkembangan teknologi saat ini. Tapi kita tetap waspada dan terus meningkatkan skill dan kaunikan karya “manusia” berupa hasil seni kerajinan.

Jika hal tersebut mampu kita jalani. Maka saya yakin dan optimis, kita mampu mengatasi atau berkolaborasi dengan perkembangan teknologi dan otomatisasi mesin yang menjadi lawan utama seni kerajinan tradisional.

Perlawanan terhadap teknologi pada seni kerajinan bagi pengusaha dan pengrajinnya perlu terus mengasah diri, perlu update diri, perlu membangkitkan potensi diri. Bagaimana hal tersebut dapat dilakukan, agar potensi diri sebagai pengusaha kerajinan mampu bersaing dengan produk massal.

Cara mengenali potensi diri sebagai pengrajin seni kerajinan tradisional maupun kontemporer. Harusnya berjalan seimbang dengan seni kerajinan modern yang sudah menggunakan mesin pada setiap karyanya.

Minimal nggak ketinggalan dan tergerus dengan teknologi pembuatan kerajinan secara otomatisasi dan secara massal.

Buatlah perubahan yang mengejutkan

Kita ketahui bersama bahwa seni rupa terapan khususnya bidang kerajinan (craft).Banyak para pengusaha maupun pengrajinnnya bekerja dan terjebak dalam rutinitas dan formalitas.

Bagi pengusaha kerajinan menganggap bahwa saat ini sudah nyaman, karena mampu menjual kerajinan di tempat-tempat rekreasi atau tempat wisata. Mereka tidak perlu melakukan ekspansi penjualan atau melakukan perubahan terhadap cara mereka memasarkan hasil kerajinan.

Demikian juga para pengrajinnya, merasa bahwa itulah yang dulu dikerjakan oleh nenek moyang mereka secara turun temurun. Sehingga hasil kerajinan tradisinonal mereka tidak ada perubahan dan peningkatan, baik kreativitas penggunaan bahan maupun motif dan desainnya.

Buat mereka sebagai pengusaha maupun pengrajin merasa sudah nyaman dan itulah yang mereka lakukan hingga saat ini. Padahal mereka nggak sadar bahwa banyak hal yang saat ini mengancam kedudukuan mereka. Salah satunya adalah teknologi yang mampu bekerja menghasilkan seni kerajinan yang lebih baik dan lebih murah.

Pengusaha kerajinan  hanya berpikir bagaimana menjual di tempat yang di datangi wisatawan. Sementara pengrajinnya hanya kerja rutin sesuai dengan permintaan mereka yang menginginkan oleh-oleh hasil kerajinan khas suatu daerah.

Kesimpulannya Cara mengenali potensi diri bagi para pengusaha dan pengrajinan hanya melakukan rutinitas dan formalitas dalam perputaran bisnis kerajinan.

Saatnya mereka membuat karya dengan tulus dan niatan untuk memperbaiki diri. Karena adanya pesaing yang mungkin saja akan mematikan pekerjaan mereka yang sudah lama mereka tekuni.

Kesadaran untuk membuat karya seni kerajinan yang lebih “hidup” lebih “bernyawa” akan menjadi tameng yang kuat. Untuk melawan teknologi mesin saat ini. Pengrajin harus mampu memberikan “ruh” pada karya seni kerajinan mereka, agar tidak bisa dikerjakan oleh mesin.

Kemampuan memberikan “ruh” pada karya itu tergantung niat dan ketulusan berkarya. Itulah perbedaan yang besar antara pengrajin yang membuat kerajinan saat ini dengan nenek moyang kita yang dengan tulus membuat seni kerajinan untuk kehidupan mereka.

Cara mudah menggali potensi diri

Sebagaimana saya sebutkan sebelumnya, bahwa para pengrajin dan pengusaha seni kerajinan kurang melatih diri untuk mengeksplore potensi “unik” yang mereka miliki.

Mereka bekerja untuk menjual atau menghasilkan barang berbentuk seni. Nah yang namanya seni itu tidak stagnan (statis), dia harus dinamis dan menghasilkan produk kerajinan yang bukan itu-itu saja, karya seni yang monoton. Nggak ada perubahan.

Para wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata kemudian bertemu dengan para pengrajin dan pengusaha hasil kerajinan khas suatu daerah tentu akan mencari kerajinan yang update, buat mereka ngapain beli hasil kerajinan yang dari dulu itu-itu saja.

Cara mudah menggali potensi diri

Janganlah meniru kerajinan yang sama, bahkan sepuluh outlet atau tenant penjual barang kerajinan di suatu tempat wisata jualannya hampir sama, mestinya beda dan memiliki karakter yang unik. Itulah yang dikatakan seni kerajinan yang dinamis nggak statis.

Seperti halnya ditempat wisata yang jual makanan, kan nggak semuanya jual pecal khas Madiun atau jual soto Madura, di antara deretan penjual makanan semuanya berbeda-beda, nah mestinya pengusaha dan pengrajian itu juga demikian.

Jangan jualannya hampir sama semua, bahkan nggak ada perbedaan, jual baju kaos suatu tempat kok sama semua, mereka hanya berharap keberuntungan dari pembeli yang kebetulan singgah. Bukan karena keunikan hasil kerajinan yang mereka jual.

Cara mengenali potensi diri. Menggali poteis yang paling mudah adalah membuat karya seni kerajinan yang nggak di buat orang lain. Minimal desainnya yang berbeda, bentuknya yang berbeda, walaupun obyeknya sama.

Carilah warna asli diri seorang “pengrajin” yang memang memiliki kreativitas, bukan sekedar mengejar kuantitas. Tapi perlu juga mengedepankan “keunikan” yang baru.

Buatlah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan berbobot, seni itu karya abadi dan mengedepankan “ruh” pada hasil buatannya. Karakter pengrajinnya akan terlihat dari karya seni yang mereka buat dengan tulus dan ikhlas, ketimbang seni kerajinan yang hanya mengejar kuantitas tanpa kualitas.

Hadapi keraguan diri dengan potensi

Banyak para pengrajin yang merasa “minder” dan “Pesimis”  karena melihat pasar kerajinan saat ini yang tidak ada perkembangan. Bahkan lebih takut lagi melihat kerajinan kontemporer yang dibuat secara massal dan di jual di marketplace secara online begitu gencarnya.

Mereka mengangap bahwa seni kerajinan saat ini mulai di tinggalkan dan tidak memiliki masa depan yang baik. Mengangap bahwa kerajinan saat ini tidak memiliki standar.

Sebenarnya siapa sih yang mematok “standar’ sebuah seni kerajinan? Setahu saya seni kerajinan itu bebas dari standar nilai secara general. Maksudnya sebuah karya seni kerajinan itu memilik kekhasan akan karya lokal (tradisi) yang memang nggak di miliki oleh daerah lain, bahkan negara lain.

Seni kerjainan harus memiliki cerminan identitas yang khas. Seni kerajinan bukan sesuatu yang harus sama dan meniru tren dunia internasional, nggak perlu. Mereka hanya perlu menampilkan keautentikannya, keasliannya agar memang seni kerajinan yang mereka hasilkan itu unik dan berkarakter.

Jadi nggak perlu ikut-ikutan dengan tren luar negeri atau tren teknologi yang memang basisnya beda. Sebuah karajinan tradisional itu berkarakter dan memang beda dengan seni kerajinan kontemporer dan modern.

Baca juga: Kerajinan Tradisional Era Digital: Relevan atau Tinggal Kenangan?

Visualisasi, afirmasi dan imajinasi

Visualisasi, afirmasi dan imajinasi

Jika kerajinan hanya fokus pada bahan dan teknik pembuatannya, maka seni kerajinan tradisional akan dikalahkan dengan kerajinan yang menggunakan teknologi mesin yang lebih rapi dan presisi.

Pengusaha kerajinan harusnya memberikan motivasi kepada para pengrajinnya untuk mengembangkan visualisasi dari kerajinan yang mereka buat, harus berimajinasi tinggi terhadap setiap kerajinan yang mereka hasilkan, dan berafirmasi dengan keadaan dalam setiap karyanya.

Buatlah karya yang benar-benar mewakili budaya dan tradisi suatu tempat dengan penuh tanggungjawab, buatlah seni patung yang benar-benar berkarakter orang papua. Buatlah kain songket yang memiliiki karakter Sumatera. Hasilkan kain tenun yang berkarakter Flores atau benar-benar membuat kain batik yang bercirikan Yogya. Itulah jadi dir kita!

Semua itu menjadikan seni kerajinan yang lebih mewakili daerah dan memiliki karakter yang kuat, sehingga mesin yang memproduksi hasil kerajinan akan memiliki perbedaan dengan karya tradisional.

Imajinasi yang tulus dari para pengrajin akan menghasilkan produk yang berkualitas dan berkarakter, jangan takut dengan teknologi yang semakin canggih, Kita memiliki “rasa Kamanusiaan” yang tidak di miliki mesin.

Yakinlah bahwa karya yang dihasilkan mesin dan manusia itu BERBEDA

Berkarya dengan Semangat ketulusan

Berkarya dengan Semangat ketulusan

Pada kahirnya Cara mengenali potensi diri. kita akan kembalikan pada masing-masing pengrajian dan pengusaha bidang kerajinan. Di tangan merekalah literasi budaya suatu daerah tercerminkan.

Kita dapat mencontoh nenek moyang kita yang dulunya membuat seni kerajinan. Mereka melakukan untuk ibadah, untuk kehidupan yang lebih baik.

Mereka tidak terlalu berpikir ekonomis, tapi rezky dan kebermanfaatan yang mereka buat justru membawa keberkahan dalam kehidupan.

Kita bukan mesin yang mampu menghasilkan karya yang besar hanya alam waktu yang singkat, kita bukan teknologi digital dan otomatisasi yang mampu membuat karya yang presisi dan berkualitas tinggi.

Tapi kita adalah manusia yang mampu berkarya dengan “ruh” dan “Imajinasi yang beretika” kita adalah manusia yang mampu membuat kehidupan ini lebih damai dan lebih teduh dengan tangan-tangan dingin pengrajin yang membuat karya seni yang “berasa” dan “berjiwa”.

Mungkin kedengarannya terlalu imajinasi liar, tapi itulah keunikan manusia, yang saat ini mulai kehilangan Jati diri di tengah maraknya AI yang mulai “bandel” mengusik segala kehidupan manusia.

Cara mengenali potensi diri. Tetaplah menjadi Manusia tanpa harus meniru gaya “robot”

Cara mengenali potensi diri. Tepatlah menjadi manusia yang “unik” tanpa harus berpura-pura seperti “manusia”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *