Eksotis Butiran Manik-Manik: Karya Seni Orang Dayak

posted in: TRADISI | 1
Bagikan ke

Eksotis Butiran Manik-manik merukapan bagian dari sekian banyak banyak karya seni orang Dayak yang memiliki tantangan besar di era digital.

Kebudayaan Suku Dayak sangat berharga bagi Indonesia, terutama Kalimantan Timur, jika melihat kembali ke masa lalu.

Antara banyak peninggalan kekayaannya seperti yang ada pada museum Mulawarman yang mengagumkan. Butiran manik-manik eksotik yang terpajang indah di sentra kerajinan adalah satu yang memikat penulis.

Dalam artikel ini, kita akan melihat kembali karya kreatif manik-manik kebudayaan Suku Dayak melalui lensa yang berbeda ini. Setiap butiran manik memiliki kisah dan filosofi yang mendalam, mulai dari makna simbolis hingga peran ritual dalam ritus dan upacara adat.

Namun, seni eksotik ini sekarang berkembang sebagai hiasan kontemporer. Perubahan ini tidak dapat terhindarkan. Tuntutan masyarakat sesuai keinginan pasar.

Mempertahankan filosofi elemen manik-manik

Dalam kebudayaan Suku Dayak, butiran manik pada awalnya bukan sekadar hiasan. Setiap manik memiliki arti yang signifikan.

Sebagai contoh, pola, warna, dan bentuknya selalu terkait dengan elemen alam, filosofi hidup, dan mitologi suku Dayak secara khusus.

Misalnya, motif spiral yang selalu kita temui pada motif Kalimantan menggambarkan siklus pertumbuhan Manusia termasuk alam serta hubungan kekerabatan antara keluarga komunitas Dayak.

“Sebenarnya makna dari motif-motif yang biasa kita temui di Lamin atau kerajinan Dayak memiliki filosofi yang dalam. Sayangnya generasi muda sekarang semakin sedikit yang memahami makna-makna tersebut” (Pdt. Wesley, Kampung Pampang)

Selain itu, apa yang sampaikan pendeta Wesley saat penulis berkunjung ke Kampung Pampang Samarinda benar adanya. Karena ungkapan itu hampir sama dengan yang tersampaikan oleh salah seorang mahasiswa UIN Samarinda. Saat mereka berbicara tentang kerajinan manik-manik di kampus.

“Saya kurang paham dengan makna-makna dari ukiran Dayak itu, tapi saya menikmati keindahannya, soalnya banyak jenisnya. Jadi yang saya tahu kalau ada ukiran melengkung yang saling terkait ya, itu ukiran suku Dayak itupun saya tidak tahu dari Dayak Mana? Kan banyak tuh suku-suku Dayak di Samarinda ini ” (Rina, Mahasiswa UIN Samarinda)

Berbagai jenis manik menunjukkan bagaimana suku Dayak menghormati leluhur mereka, menghormati kekuatan alam, dan memperkuat hubungan sosial mereka.

Butiran manik sebelumnya gunakan pada peristiwa penting seperti pernikahan, kelahiran, penguburan, atau bahkan upacara pertanian. Nah udah tahukan begitu banyak fungsinya.

“Kata orang-orang yang biasa saya dengar. Manik-manik Dayak itu memiliki daya magis. Jadi bukan sekedar perhiasan, seperti yang saya lihat saat Ida Dayak yang mengobati orang itu. Selalu pakai manik-manik” (Fatma, Mahasiswa UIN Samarinda)

“Kalau saya biasa mengantarkan teman-teman atau keluarga membeli kerajinan di Citra Niaga. Trus dia tanya apa maknanya, saya bingung, ya, saya bilang aja tanya sama penjualnya. Trus saya katakan aja, yang penting cocok dan bagus terlihat wakti saya pakai” (Ida, Mahasiswa UIN Samarinda)

Eksotis Butiran Manik-manik

Selain itu, manik-manik dalam beberapa tulisan sejarah telah menunjukkan batas-batas alam hutan Kalimantan, tempat tinggal suku Dayak. Terungkan dalam kraya kreatif mereka

Motif flora dan fauna lokal, seperti burung enggang, yang sering tergambarkan di dalamnya. Menunjukkan betapa suku Dayak menghargai alam dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga : Menelusuri Kerajinan Manik: Pesona Citra Niaga dan Kebun Sayur

Semua orang memiliki kewajiban untuk menjaga martabat dan warisan budaya. Dan penting kiranya untaian manik-manik yang indah dari karya seni dan budaya menjadi tradisi dari generasi ke generasi.

Namun, sangat sulit untuk menjaga warisan ini tetap hidup dan lestari di era modern saat ini. Setidaknya, kita dapat mempertahankan kearifan lokal suku Dayak melalui detail manik.

Apa yang dicari ketika wisatawan mendatangi suatu daerah

Eksotis Butiran Manik-manik. Gambar atas ini menunjukkan bahwa wisatawan, baik lokal maupun asing, mencari hal-hal di Kalimantan Timur (Kaltim). Termasuk makanan khas, tempat wisata, dan kesenian atau budaya unik, termasuk tempat bersejarah.

Terakhir, karena Ibu Kota Negara terbangun di Kaltim, sebagian besar wisatawan berfoto di Titik Nol. Semua menjadi hal sensasi baru setiap daerah.

Menikmati yang khas setiap daerah

Tidak ragu lagi, selain mengambil foto dan menikmati makanan khas urang Banjar yang dapat menjadi kenangan selama perjalanan ke Kalimantan Timur.

Pengalaman yang tak kalah seru adalah mencari kerajinan dalam berbagai bentuknya. Di Samarinda, Citra Niaga adalah tempat terbaik untuk membeli kerajinan, sementara di Balikpapan ada Pasar Kebun Sayur. Kita akan melihat banyak jenis seni di sana.

Eksotis Butiran Manik-manik. Kerajinan suku Dayak

Eksotis Butiran Manik-manik. Kerajinan Kalimantan sangat beragam. Tim penelitian memfokuskan pada kerajinan manik-manik, beserta variasinya, yang sangat populer di kalangan masyarakat.

Kerajinan “manik-manik” yang indah terus berkembang dari masa ke masa. Wisatawan Kalimantan Timur mencari “manik-manik” sebagai oleh-oleh atau perhiasan untuk digunakan sendiri.

Tidak hanya menjadi minat wanita, tetapi juga menarik perhatian pria dengan kerajinan “manik-manik”.

Kerajinan ini terlihat di hampir semua lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga remaja dan orang dewasa. Salah satu keuntungan kerajinan “manik-manik”, yang telah ada sejak zaman purba.

Fungsi di era multi kreatif

Pada akhirnya, manik-manik ini berguna sebagai alat untuk menghias benda tertentu. Kelengkapan sosial maupun ritual dalam kehidupan manusia, dan perhiasan dengan berbagai model dan jenisnya.

Manik-manik adalah hasil kerajinan berbentu dari benda kecil yang memiliki lubang di bagian tengahnya.

Mulai dari bahan organik (seperti kayu, akar, tulang, gigi, dan kerang). Hingga menggunakan batuan berwarna, tanah liat pembakaran tinggi, logam, kaca, dan fiberglass.

Walaupun ada banyak bahan yang disebut sebagai “manik-manik; namun, dengan kemajuan saat ini, yang paling banyak terjual adalah yang terbuat dari kaca dan fiberglass (sebagai jenis seni kerajinan modern).

“Yang biasa saya lihat orang pakai manik-manik saat ada acara kesenian atau upacara daerah saja, di kampus ini, paling banyak orang pakai mank-manik gelang, itupun yang kecil-kecil aja, saya juga bingung membedakan antara manik asli atau manik yang nggak asli” (Rina, Mahasiswa UIN Samarinda)

Penulis tertarik dengan buku Nasruddin “Eksotisme Manik-Manik Menembus Zaman”, yang terbit pada tahun 2017 oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Menurut penulis, buku ini sangat cocok bagi mereka yang ingin mempelajari Manik-Manik dari perspektif arkeologi. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Nasruddin atas inspirasinya.

Oleh karena itu, penulis berusaha untuk menambahkan pendekatan seni rupa ke karya tersebut. Sebagai kreator konten, pendekatan ini juga dapat berguna untuk mendorong seni dan kerajinan khas suku Dayak, terutama kerajinan manik-manik.

Manik-manik masih gunakan oleh orang-orang tradisional, seperti orang Dayak di Kalimantan, hingga saat ini. Terutama gunakan selama upacara ritual seperti kematian (Tiwah), penyertaan benda kubur, dan pesta adat lainnya. Mulai dari pakaian, hiasan kepala, kalung, tas, mandau, dan banyak lagi, masyarakat Dayak identik dengan manik-manik (Nasruddin, 2017).

Disruption‘ karya kerajinan lokal

Buku Rhenald Kasali “Disruption” membahas tentang bagaimana perubahan teknologi telah melanda berbagai aspek kehidupan, dan bagaimana kemajuan teknologi ini telah menyebabkan beberapa bisnis menjadi tidak berdaya menghadapi perubahan besar tersebut.

Akibat kemajuan teknologi yang begitu menggemparkan, bisnis sering harus menutup bisnis karena fenomena ini.

Pengrajin harus menggali dan mengembangkan model atau motif yang selama ini mereka kerjakan.

Hal ini sangat penting karena pembeli milenial saat ini terkadang terlalu “cerewet” untuk menilai sebuah karya atau hasil kerajinan yang ingin mereka beli—tentu saja bukan sekedar perhiasan—tetapi apakah perhiasan yang mereka beli cukup modis untuk bahan postingan di media sosial..

“Kalo kami di Kampung Masjid ini yang mengerjakan kerajinan manik-manik lebih banyak mengerjakan sesuai pesanan aja pak, itupun biasa kami bingung kalau ada pemesan membawa motif baru, jadi kami pelajari lagi, bagaimana lebih mudah dan cepat membuat manik-manik yang dipesan dengan model baru” (Ayu, Pengrajin Manik Kampung Masjid, Samarinda Seberang)

Tantangan Disruption pada kerajinan lokal

Ilustrasi Disruption di atas secara umum dalam artikel ini juga menunjukkan peluang dan tantangan kerajinan manik-manik di era teknologi digital saat ini.

Motif selalu ada yang baru

Ini didasarkan pada dua elemen, yaitu kerajinan dari sudut pandang estetika (kesatuan, keselarasan, kesemimbangan, dan kontras) dan ergonomis (keamanan, kenyamanan, keluwesan, dan tren pasar).

“Biasanya kalo ada model baru, kami kerjakan agak lama dari biasanya, tapi itu awal-awal saja, kalau sudah tahu selahnya membuat biasanya kami kerjakan lebih cepat” (Fadilah, Pengrajin Manik Kampung Masjid, Samarinda Seberang)

Eksotis Butiran Manik-manik. Penulis berpendapat bahwa fenomena disrupsi tidak akan berdampak pada produk kerajinan manik-manik, meskipun proses pembuatan hingga pemasaran masih dilakukan secara manual dan mengikuti tradisi di pusat kerajinan.

Keyakinan ini berasal dari proses pembuatan yang unik dan kreativitas dalam model ini, yang secara konsisten mengalami perkembangan daripada stagnasi.

Meskipun beberapa kerajinan menggunakan teknologi untuk membuat berbagai desain kontemporer, produk etnik tetap menarik bagi pembeli dan tidak akan ditinggalkan.

Catatan: Artikel adalah bagian terkecil dari sebuah buku yang belum terbit!