
Mengapa Produk Kerajinan Mahal? Ini yang selalu di tanyakan konsumen yang memang nggak tahu betapa berat dan susahnya membuat kerajinan yang sebagian besar masih di kerjakan dengan alat sederhana dan dominan membuatnya dengan tangan (handmade).
Pertanyaan ini juga wajar di lontarkan sebagian besar masyarakat, jika hanya melihat hasil kerajian tersebut secara visual bentuk dan wujudkan yang sangat sederhana.
Lalu di mana letak keistimewaan hasil produk kerajinan sehingga harga yang di tetapkan cenderung mahal. Tentu banyak faktor dan indikator yang menyertai produk kerajinan tersebut di katakan harganya “mahal”.
Saya harus menggarisbawahi, bahwa kata “mahal” karena memberikan harga pada kerajinan yang di buat itu tidak seenaknya dari pengrajin, karena para pengrajinnya banyak mempertimbngkan beberapa hal yang menurut mereka wajar menetapkan suatu harga tersebut.
Sebagai contoh sederhana Batik tulis dengan batik cetak itu harganya berbeda. Walaupun dari segi tampilan mungkin saja lebih bagus batik cetak (printing).
Bahkan gambar dan kerumitannya lebih tinggi. Namun tetap saja batik tulis lebih mahal.
Karena proses pembuatannya sangat lama, bisa jadi satu lembar kain batik tulis di kerjakan hingga 3 bulan.
Sementara batik cetak (printing) dapat di produksi dalam sehari, itupun dengan jumlah yang besar. Jadi samapi di sini sudah tahu kan.
Mengapa Produk kerajinan Mahal? Itulah salah satu alasannya. Tentunya masih banyak lagi pengaruh lainnya mengapa sebuah produk kerajinan tangan tradisional nggak murah.
Skala produk dan Efisiensi Biaya
Produk yang di hasilkan selalu mengikut dengan biaya produksi. Dalam menentukan biaya produk ada yang di katakan dengan Fix cost (biaya yang konstan) dan ada yang masuk kategori Variable Cost (biaya yang tidak menentu) tergantung kebutuhan. Bisa naik atau mahal bisa juga kurang (murah).
Melihat dari skala ekonomi (ecinomies of scale) menjadi faktor yang paling memengaruhi biaya sebuah produk apapun itu bentuknya.
Jadi produk yang di kerjakan dalam skala besar (model pabrikan) tentu akan lebih banyak di bandingkan dengan produk kerajinan (produk rumahan) yang memang skalanya sangat kecil
Produk dalam bentuk Industri (skala yang besar) lebih banyak di kerjakan oleh mesin dan seluruh hasilnya di kerjakan secara otomatis.
Tentu tenaga kerja yang di butuhkan hanya untuk menjalankan mesin tersebut. Sementara produk kerajinan sebagian besar dik erjakan oleh manusia.
Sehingga utnuk membayar tenaga kerjanya cukup mahal.
Bahan baku untuk produk massal di beli dalan jumlah yang besar tentu harga yang di berikan oleh pemasok bahan baku dengan harga yang murah.
Sedangkan bagi pengrajin lokal hanya mampu membeli bahan baku dalam jumlah yang kecil, sehingga hargannya juga relatih mahal.
Waktu produksi lebih sedikit jika di kerjakan oleh industri besar sedangkan produk lokal kerajinan membutuhkan waktu yang relatif lama. Karena di kerjakan oleh tangan manusia.
Itupuna dengan berbagai keterbatasan tenaga.
Fakto lainnya adalah waktu produksi yang memengaruhi pengrajinnya.
Bagi industri besar biasanya mereka memproduksi tanpa tergantung dari pembelian.
Sementara para pengrajin lokal sangat berharap barang yang mereka buat bulan ini dalpat laku. Karena hasilnya digunakan lagi untuk modal memproduksi kerajinan berikutnya.
Penggunaan bahan baku berkualitas?

Mungkin saja kita berpikir bahwa kerajinan tradisional itu menggunakan bahan baku yang berkualitas di bandingakn dengan kerajinan yang di buat dalam industri massal.
Sebenarnya nggak juga. Karena ada saja kerajinan tradisional menggunakan bahan yang kurang berkualitas tapi mengatakan bahwa bahannya yang “premium” (ini butuh kejujuran pengrajinnya)
Memang pada umumnya, pengrajin tradisional menggunakan bahan yang berkualitas, misalkan kulit asli yang mereka olah sendiri. Kain organik yang mereka produksi secara alami, dan tentunya akan lebih murah di bandingkan dengan bahan-bahan sintetis.
Walaupun menggunakan bahan yang berkualitas terkadang yang menjadi kelemahan adalah cara memproduksinya. Sehingga terlihat kurang kuat dan mungkin saja tidak tahan lama.
Makanya perlu integritas pengrajian untuk memberikan sumber baku secara transparan bagi calon pembeli, dengan memberikan label “premium quality guanrantee”. Sehingga konsumen percaya bahwa bahan bakunya memang mahal dan cara memproduksinya terkontrol dan berkualitas.
baca juga: Geliat Warung Madura Fenomena Eksklusif Bisnis Ritel
Produk handmade memang bernilai?
Beberapa karya kerajinan selalu di artikan oleh konsumen secara subyektif. Subyektivitas itu ada yang berdasarkan pada proses pembuatan, harga, kualitas barang itu sendiri smapi pada jati diri pengrajinnya.
Artinya nilai suatu produk kerajinan tradisional secara psikologi konsumen. Banyak mempertimbangkan nilai-nilai di luar dari hasil karya kerajinan tersebut secara visual.
Eksklusivitas, beberapa konsumen dari suatu produk menganggap bahwa produk yang di buat secara terbatas itu lebih eksklusif di bandingkan dengan produk massal. Hal ini juga yang menyebabkan suatu barang memiliki daya tarik. Padahal dalam perkembangannya banyak juga yang di produksi massal tetap saja bernilai (terutama brand-brand yang sudah popular)
Koneksi secara personal. Karya kerajinan tradisional di anggap memiliki hubungan secara personal dengan pengrajiannya. Ini juga yang membuat konsumen senang menggunakan produk kerajinan lokal
Kisah di balik Produk, hasil kerjaian tradisional sebenarnya memiliki kekuatan besar pada storytelling dari produk mereka. Inilah yang membuat orang penasaran ingin memiliki hasil kerajinan dan ini juga terkadang membuatnya mahal.
Misalkan dengan menggunakan kain tradisional atau kalung akar bahar buatan mereka membuat penggunanya mudah rezkynya dan di jauhkan dari bala.
Jadi mengapa produk kerajinan tradisonal dan produk massal itu lebih bernilai di mata konsumen sangat tergantung. Kemampuan membranding produk kerajinan dengan berbagai cara yang mungkin tidak di miliki oleh produk masal menjadi strategi jitu.
Dampak harga “mahal” kerajinan lokal

Buat saya pribadi, brand bahwa kerajinan lokal cenderung “mahal” itu sah-sah saja. Bagi saya ini justru akan mendorong tingkat ekonomi pengrajin. Tanpa di eksploitasi oleh mereka yang memiliki mesin dalam industri besar.
Tentu pendapatan pengrajin juga akan meningkat, dan mereka tetap dapat memproduksinya. Namun penghargaan itu juga yang harusnya kita berikan bagi pengrajin tradisional.
Membali dengan harga “wajar’ sesuai dengan usaha mereka tujuannya untuk memberikan penghargaan yang besar kepada para pengrajian lokal yang masih memiliki kepedulian untuk membuat kerajinan yang terkadang hampir punah.
Kalaupun terpaksa segmen kerajinan tradisional itu mengincar para ekonomi menengah ke atas. Nggak apa-apa juga yang penting pengrajin tradisional juga konsisten menghasilkan kerajinan yang berkualitas.
Ada harga ada barang, itulah yang biasa di ungkapkan oleh para pemburu dan kolektor kerajinan tradisional. Konsumen juga sudah mulai cerdas dan memahami bahkan sadar bahwa memang ada karya seni tradisional handmade yang harganya relatif “mahal” tapi ada juga yang menetapkan harga yang murah.
Menghargai, Tidak sekedar biaya produksi
Pada akirnya kita menyadari bahwa hasil kerajinan tradisional yang masih menggunakan sistem kerajinan tangan bukan sekedar di tentukan oleh biaya produksi yang semakin besar. Tapi banyak hal yang memengaruhi suatu barang tersebut.
Buat saya pribadi, marilah kita hargai hasil kerajinan yang di buat oleh mereka yang memang kehidupannya sangat tergantung seberapa banyak kerajinan yang mereka jual laku.
Kepedulian kita dengan mereka yang tetap menjaga marwah tradisi yang mereka wujudkan dalam bentuk karya produk kerajinan handmade adalah dengan membeli hasil kerajinan tanpa harus menawar dengan harga yang murah.
Kita hanya berharap dengan membeli sesuai harga yang mereka tetapkan, menjadi lahan amal buat kita untuk menolong dan memberikan peluang untuk mereka menghasilkan kerajinan berikutnya.
Tidak sekedar harga yang kita beli dan tawarkan, namun ada nilai kemanusiaan yang kita emban. Saya yakin mereka tidak mengambil banyak keuntungan, hanya sekedar bisa menghidupi keluarga mereka dan untuk modal membuat kerajinan berikutnya.
Terima kasih untuk Anda yang peduli dengan kerajinan lokal, jika ada pengalaman menarik, tolong Anda tulis di kolom komentar untuk menginspirasi kerajinan tradisional Indonesia.
Pengulas: Baso Marannu (pemerhati seni kerajinan Indonesia) owner pengembang website www.ragamhiasindonesia.id. saat ini sebagai peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban – BRIN
Tinggalkan Balasan