Strategi Marketing Serangan Pagi: Pedagang Perlimaan Gresik

posted in: TRADISI | 1
Bagikan ke
Strategi Marketing Serangan Pagi: Pedagang Perlimaan Gresik

Strategi Marketing Serangan Pagi pada Pedagang Sayur Perlimaan Gresik yang sudah sangat popular, terutama masyarakat seputar Kecamatan gresik. Saya sebagai pendatang di Kota Wali ini melihat Pedagang Sayur Perlimaan Gresik ini sangat menaik dan menjadi fenomna tersendiri.

Mengapa menarik, karena mereka sebagai pedagang yang menjual. Sayur, tahu tempe, ayam potong dan beberapa juga menjual kue tradisional. Di mulai pada sebelum subuh hingga kurang lebih pukul 6 pagi. Artinya waktu untuk berdagang sangat singkat.

Hari ini saya olah raga pagi dari perumahan BP Kulon Gresik, karena aktor ‘U’ katanya nggak perlu olah raga yang menguras tenaga, cukup jalan kaki dengan sedikit “power” itu saran yang sering saya lihat di Tiktok (hehehe)

Ketika di persimpangan lima saya berhenti sejenak memperhatikan beberapa pedagang sayur, penjual tempe tahu, hingga pedagang kue tradisional.

“Menarik juga komunitas pedagang subuh ini” dalam hati. Saya nggak ingin katakan ini pasar, karena hanya segelintir pedagang yang jual, seperti jual ayam potong (itupun di sepeda), jual saturan atau yang jual kue tradisional itu juga pake sepeda. Artinya mereka hanya transit (pikirku)

Dari tiap sudut persimpangan nampak pengendara motor dan mobil yang sedang menunggu isyarat lampu lalu lintas. Jelas pemandangan pagi di pesimpangan itu cukup menarik.

Pedagang perlimaan kota Gresik

Oya, orang Gresik nyebutinnya Pasar Perlimaan. Karena memang letaknya di persimpangan lima antara jalan Proklamasi. Jalan Dr. Soetomo. Jalan Ahmad Yani, Jalan Jaksa Agung Suprapto dan Jalan Usman Sadar

Karena berada pada lima persimpangan. Bisa di bayangin kalo nunggu lampu merah antri di persimpangan jalan tersebut, lumayan lama. Tapi saya ngeliat orang-orang Gresik sabar dan patuh dengan rambu lalu lintas.

Ini yang namanya nguji kesabaran nunggu giliran lampu hijau.

Yang menarik adalah adanya pasar kecil dan hanya bisa kta lihat maksimal 3 jam, yakni sekitar jam 4.30 subuh hingga jam 6 an pagi, berarti kalo sudah mulai pagi, para pedagang itu nggak ada lagi, entah kemana mereka jualan. (kalo ada warga Gresik tahu, bisa dong minta infonya)

Jarang lo kita nemuin penjual dagangan seperti jual sayur, tempe tahu, ikan hingga ayam potong nangkring di belokan persimmpangan yang sangat padat, hanya di Gresik saya temuin pasar Subuh ini.

Penjual dan Pembeli tetap tertib

Pedagang Perlimaag Gresik : Penjual dan Pembeli tetap tertib

Saya ngeliat, walaupun suasana masih nggak begitu terang (maklum sehabis subuh sekitar jam 5 lewat) menjelang pagi, pedagang mulai menjual dagangannya.

Mereka menempati belokan jalan Jaksa Agung Suprapto dan jalan proklamsi, para pedagang berderet menjual dagangannya. Mungkin kita berpikir ada resiko karena tepat di bibir jalan, mereka berdagang.

TapI masyarakat di sekitar ini menganggap biasa saja, bahkan konon ini sudah berlangsung cukup lama.

Mereka tetap tertib, konsumen yang  membeli maupun pedagangnya, tanpa mengganggu pengendara yang belok dari arah jalan Jaksa Agung Suprapto memuju Jalan Proklamasi, atau yang dari arah Jalan Ahmad Yani dan Dr. Soetomo.

Saya ngeliat semunya asyik-asyik saja, toh realitasnya menjelang pagi berlahan pedagangnya juga membubarkan diri, di mana suasana jalan sudah mulai ramai, terutama jam masuk anak sekolahan.

Mengapa mereka ‘kulaan’ (jualan) di pinggir jalan apalagi di persimpangan jalan? Bahkan di persimpangan lima yang terkenal ramai dengan kepadatan kendaraan yang lalu lalang

Sepengetahuan saya, secara visual, walapun belum sempat mewawncarai pedagangnya, menurut saya ini hanya kebetulan saja, bahkan dari hari kehari yang julanan hanya itu-itu saja.

Nggak bertambah, makanya para pembeli pun sudah  tahu apa saja yang di jual pedagang yang rata-rata menjual dari subuh hingga menjelang pagi.

Strategi Marketing “Serangan Pagi”

Strategi Marketing “Serangan Pagi” salah satu model yang diterapkan oleh pedagang di Perlimaan Gresik

Mungkin ini nggak ada dalam teori marketing, saya menyebutnya sebagai strategi marketing “Serangan pagi”. Karena peluang ini sebenarnya dapat di manfaatkan oleh seluruh pedagang.

Saat ini dengan ramainya sistem belanja online, masih ada yang menyenangi pola belanja secara tradisional, bahkan model ini di daerah-daerah tertentu sangat efektif menggaet pelanggan.

Kembali pada strategi “serangan Pagi” dalam pandangan saya ada niche (celah) yang bisa di manfaatkan untuk pedagang-pedagang tertentu. Misalkan saja, saya melihat ada seorang ibu yang menjual nasi lengkap dengan telur dan sayur (kemasan plastik).

Memang terlihat sederhana, tapi saya melihat justri menjelang pagi semakin banyak anak sekolahan yang membeli makanan itu, padahal ragam menu makanannya sama semua (maksudnya lauk pauknya).

Model serangan pagi ini cocok juga untuk pedagang yang menjual tempe, tahu, kue tradisional atau sekedar jualan sayur yang masih seger, pasti untuk ibu-ibu yang sedang olah raga pagi, akan tertarik untuk membelinya.

Bahkan saya melihat lima tahun terakhir ini, ‘kulaan’ perlimaan ini menjadi icon tersendiri bagi warga masyarakat di Kecamatan Gresik.

Jika ini menjadi ‘icon’ di kecamatan Gresik, saya ngeliat Strategi “serangan pagi” ini justru berpotensi untuk di terapkan di tempat lain. Tapi bukan membuka lapak jualan di persiangan jalan, melainkan memanfaatkan marketing “serangan pagi”

Ini peluang menarik untuk menggaet pelanggan yang memang aktivitasnya pada pagi hari dengan berbagai keperluan yang memang tidak sempat di persiapkan pada pagi hari.

Strategi “serangan pagi” ini juga memaksa pelanggan untuk segera membeli, karena waktu untuk jualan itu sangat terbatas.

Menyasar Target palanggan Anak sekolah

Menarik jika kita menelusuri fenomena di pagi hari, pada saat anak sekolah berangkat dari rumahnya. Kadang kita ngeliat mereka tidak membawa makanan dari rumah, entah mungkin karena orang tua mereka tidak sempat membuat makan bekal di sekolah.

Justru dengan ini, para pedagang ‘sarapan pagi’ justru mendapat peluang yang besar. Seperti halnya dengan para pedagang yang jualan nasi rames atau nasi campur pada pagi hari.

Model-model pedagang yang memanfaatkan suatu moment tertentu ini sebenarnya juga sudah diterapkan oleh pengusaha marketplace. Mereka memanfaatkan para palanggan yang memang mager tapi pengen membeli sesuatu. Tentu satu-satunya jalan adalah mereka membeli lewat online.

Baca juga : Bangkit Melawan AI Wujudkan Indonesia Kuat

Strategi “Memaksa” Konsumen Membeli

Selain “serangan pagi” yang saya sebutkan di atas, ada jug strategi lainnya. Salah satu strategi pemasaran saat ini yang cukup efektif dalam dunia bisnis adalah menciptakan Sense of Urgency yang membuat konsumen TERPAKSA untuk segera membeli atau datang lagi. Strategi ini juga

1. Membuat Penawaran terbatas

Strategi ini membuat penawaran terbatas bagi pelanggan, mislakan saja dalam promosi itu menuliskan: terbatas waktu, “hanya berlaku dari tanggal 1-10” atau Terbatas jumlah, “hanya tersedia 30 porsi setiap hari” mungkin saja Terbatas jam, “Hanya dari jam 7-10 pagi”

2. Penawaran spesial

Strategi ini berkaitan dengan cara pedagang membuat membuat penawaran spesial yang sulit ditolak oleh konsumen Misalnya, belanja 100 ribu, tebus tiramisu hanya 5 ribu atau Belanja 150 ribu, discount 20%. Tentu ini akan membuat calon pembeli akan menjadi penasaran.

3. Solusi dari kebiasaan pelanggan

Berikan solusi untuk kebiasaan sehari-hari konsumen Contoh kebiasaan pelajar yang butuh colokan dan wifi

Nah dengan memberikan fasilitas ini, mereka bisa dipaksa untuk datang. Biasa konsumen akan sholat zuhur dan ashar, nah sediakan musholla. Cara-cara ini akan memmberikan kenyamanan bagi pelanggan untuk melakukan transaksi pembelian.

4. FOMO Program

Dulu juga ada, D’Cost dengan program discount berdasarkan umur, yang membuat konsumen menjadi FOMO dan berbondong-bondong membawa orang tuanya. Ada juga berdasarkan hari spesial buat pelanggan tertentu. Ini mereka kampanyekan di media sosial.