Tenun Teknik Silang Kepar: Desain diagonal yang elegan

Tenun Teknik Silang Kepar: Desain diagonal yang elegan

Tenun teknik Silang Kepar adalah salah satu teknik tenun miring. Ciri utama jenis tenun ini adalah miring yang tersusun rapi secara diagonal dan Berkarakter.

Jika kamu sudah membaca sebelumnya tentang tenun polos. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana teknik tenun polos yang jadi pondasi dasar dunia pertenunan.

Kalau teknik polos merupakan tenun sederhana, maka sekarang kita naik level ke teknik yang mulai “memainkan pola”. Namanya: silang kepar, kalau kata buku luar negeri twill weave. Tapi kita di sini ya.., bilang aja tenun dengan desain miring yang elegan.

Lho, pola tenunnya kainnya kenapa miring?

Justru itulah yang menjadi ciri khas dari Tenun teknik Silang Kepar ini.

Makanya kalau kamu perhatikan dengan seksama, hasil dari teknik ini akan memperlihatkan garis-garis diagonal miring berulang.

Pengaruh dari efek diagonal yang teratur itulah yang membedakan dengan teknik lainnya. Motifnya nggak cuman datar kayak tenun polos, tapi punya tekstur yang lebih “hidup”.

Gimana cara bikin Tenun teknik Silang Kepar?

Benang pakan (yang melintang) di silangkan melewati dua atau lebih benang lungsi (yang memanjang), lalu turun satu. Terus ulang lagi polanya makanya akan terlihat komposisinya miring (diagonal).

Pola paling umum biasanya 2/1. Kelihatannya simpel, tapi nyatanya butuh alat bantu tambahan—biasanya sampai tiga gun!

Baca juga: Mengenal Teknik Tenun Polos: Teknik dasar yang merakyat

Lentur, Ringan, dan Nyaman Pakainya

Seperti penuturan Mama Ende, salah satu penenun dari Flores pernah bilang waktu di tanya soal perbedaan teknik ini: “Kalau tenun polos itu padat dan kokoh, tenun kepar lebih lembut dan lentur menyesuaikn karakter benang. Kayak kain yang nurut sama bentuk tubuh.”

Dan itu benar banget! Karena jumlah titik silangnya lebih sedikit, kain jadi nggak kaku, gampang jatuh (drapery-nya cantik), dan lebih nyaman di pakai buat aktivitas sehari-hari.

Ngak heran kalau kain tenun dengan teknik kepar sering jadi pilihan untuk baju santai, kemeja ringan, atau bahan outer buat nongkrong di coffee shop.

Tetap ada nuansa etnik, tapi nggak bikin gerah, dan yag terpenting tetap ngikutin tren fashion buat kamu yang hobby healing.

Kepar yang Mendunia

1.    Tenun Kepar yang Adem dan Bikin Nyaman Seharian

Di Desa Troso Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, salah satu sentra tenun terbesar di Indonesia. Maka Di sini, teknik kepar jadi andalan untuk membuat kain yang lebih lembut, adem, fleksibel, dan elastis untuk pemakaian sehari-hari.

Umumnya teknik kepar menyisakan jarak simpul yang cukup longgar, benangnya lebih “jatuh” dan nggak kaku. Itulah kenapa hasil kainnya enak di pakai buat aktivitas harian, mulai untuk sekedar di pakai jalan-jalan atau mungkin saja buat kerja kantoran.

Yang membuat kain tenun Troso menarik adalah kemampuan penenunnya dalam memadukan pola teknik tradisional dengan desain yang sesuai minat selera pasar modern.

Coraknya nggak sekadar klasik, tapi sering di kreasikan dalam motif geometri, garis-garis bersilang, dan bahkan motif “kontemporer etnik” yang bisa padukan ke outfit urban.

Jadi nggak heran kalau beberapa brand fashion lokal bahkan retail besar tenun Troso sebagai menjadi alternatif pilihan material utama untuk blus, dress, hingga outer dengan nuansa etnik yang tetap kasual.

2.    Lembut, Cerah, dan Feminin dengan Sentuhan Alam

Kemudian kita Lanjut ke Timur Indonesia, kemudian melihat karya tenun Sikka, sebuah kabupaten di Nusa Tenggara Timur yang dikenal sebagai rumah bagi tenun ikat dan kepar yang sangat menawan.

Di daerah ini, teknik kepar berpadu dengan pemilihan warna cerah yang berasal dari pewarna alam.

Bayangkan kombinasi antara warna jingga kunyit, merah bata, biru nila, hingga hijau daun—semua dikombinasikan dengan cermat agar menghasilkan kesan lembut dan feminin, tanpa terlihat pucat atau monoton.

Banyak desainer Indonesia dan bahkan luar negeri yang mulai menjadikan tenun Sikka sebagai bahan utama untuk busana eksklusif jadi bukan sekedar pakaian tradisional.

Nah kalau di Sikka ini, Tenunnya bukan cuma cantik, tapi juga ramah lingkungan. Karena menggunakan pewarna alami dari akar, daun, dan kulit pohon, proses produksinya mendukung prinsip sustainable fashion. Estetik dan etis? Kombinasi langka yang susah ditolak!

3.    Etnik Minimalis ala Motif Kaili

Di Palu, Sulawesi Tengah, tepatnya orang menyebut sebagai tenun Bomba, teknik kepar diolah dengan pendekatan yang berbeda. Di sini, para pengrajin memadukan teknik itu dengan motif khas Suku Kaili, suku asli daerah tersebut.

Yang menarik, motif-motif Kaili ini lebih cenderung abstrak, geometris, dan simpel—tapi tetap mengandung filosofi yang dalam.

Misalnya pola garis bertemu di tengah yang menyimbolkan harmoni hidup, atau bentuk segitiga berulang yang melambangkan kekuatan alam.

Gaya ini cocok banget untuk kamu yang suka etnik minimalis—nggak terlalu ramai, tapi tetap punya karakter kuat.

Nggak heran kalau tenun Palu ini mulai sering dipakai untuk gaya streetwear etnik, blazer slim fit, hingga aksesoris pria seperti dasi dan dompet kain.

Lembut di Tangan, Tajam di Makna

Meskipun kelihatannya lebih simpel dari songket atau ikat, teknik silang kepar justru membawa kesan modern tapi tetap tradisional.

Cocok buat generasi muda yang pengin tampil beda, tapi tetap punya cerita budaya di balik pakaiannya.

Dan jangan salah, banyak inovasi sekarang justru mulai dari kepar. Ada yang bikin jaket bomber motif kepar, ada juga yang menjadikannya bahan untuk bantal ruang tamu estetik.

Dunia desain mulai sadar: kepar itu fleksibel, lembut, tapi tetap kuat karakter.

Jadi, Siap Pakai Tenun Kepar?

Harus siaplah! sebagai generasi muda dan ingin melihat tenun tradisional tetap eksis, maka kepedulian kamu sebagai generasi muda sangat penting.

Bagi Kalau kamu baru mulai cinta tenun, teknik ini bisa jadi gerbang masuk yang sempurna. Nyaman, modis, dan punya banyak pilihan warna serta motif.

Pas banget buat kamu yang pengin tampil beda dan nggak mainstream amat, tapi tetap lokal.

Satu hal yang paling penting kalau kita bicara tentang kain tenun, kamu nggak cuma pakai kain. tapi juga membawa kisah para penenun dari desa-desa yang diam-diam menyulam sejarah di setiap helai benangnya.

Untuk kamu ceritakan pada dunia, bahwa mereka masih ad dan masih mampu mnyajikan karya seni tenun yang sempurna dengan berbagai cerita dan filosofinya.