
Membedakan kain tenun Indonesia, setelah itu pernah nggak sih, kamu lagi jalan-jalan ke pasar seni atau pameran UMKM mungkin juga pada bazar di Mall-mall. Terus mata kamu langsung nyangkut ke satu kain tenun yang warnanya kaya sunset dan motifnya rumit banget kayak labirin?
Eh, selanjutnya kamu mikir bisa saja mikir
“Ini kain yang eksotik banget bikinnya gimana, ya? Saat menenun apa Nggak nyetrika jari?”
Nah, jika penasaran dan bahkan bingung semacam itu, kamu nggak sendirian kok, masih banyak yang belum tahu bahkan awam dengan karya hasil tenun tradisional khas nusantara ini.
Hal ini membuktikan bahwa… di balik keindahan selembar kain tenun itu, tersimpan cerita panjang.
Bukan cuma soal teknik ribet dan memerlukan ketakunan tingkat dewa, tapi juga soal warisan budaya yang udah hidup ratusan tahun lamanya dan masih kita temui hingga saat ini
Baca juga : Mengangkat Harkat Tenun Ikat: Warisan Kriya Tekstil Nusantara
Tenun itu Cerita yang tersulam
Membedakan kain tenun Indonesia itu gampang-gampang susah sih, Coba deh bayangin: tiap benang yang tersusun itu, sebenarnya kayak paragraf dalam novel sejarah suatu negeri.
Ada tangan-tangan terampil yang ngerjainnya, teknik rahasia turun-temurun, dan motif yang nggak asal jadi—tapi sering kali punya makna filosofis, itulah kelebihan lainnya dari kain tenun.
Misalnya, ada motif tenun yang cuma terpakai waktu pernikahan dan di luar acara itu nggak boleh memakainya.
Ada juga yang melambangkan doa untuk kesuburan tanah atau keselamatan pelaut saat mereka gunakan mencari ikan di lautan.
Makanya, kain tenun itu bukan sekadar ‘fashion statement’ yang berguna untuk menutup badan atau gaya pakaian yang tren, tapi kain tenun tradisional itu juga kode budaya.
Teknik Tenun yang Bikin Kagum
Indonesia punya banyak teknik tenun, mulai dari yang sderhana hingga yang rumit, terutama menyusun motif yang direncanakan. Setiap daerah di Indonesia kayak punya “jurus andalan” masing-masing sehingga kain tenunnya ‘terkesan beda’.
Membedakan Kain Tenun Ikat
Tenun ikat buat saya kayak spoiler dalam dunia pakaian tradisional. Semua motif yang muncul kaya udah ketebak “di prediksi” duluan sebelum kainnya jadi. Keunikan kain tenun mulai dari poses mewarnai benang sesuai dengan pola yang kamu inginkan.
Jadi sebenarnya para penenun tu, udah bisa bayangin dan punya semacam “peta” gambar di kepalanya. Jadi benang-benang untuk di tenun kayak kuasnya para pelukis yang siap membuat karya di kanvas.
Begitu semua benang selesai di warnai dan di ikat sesuai pola motif yang di inginnkan, baru deh masuk ke tahap penenunan. Hasil akhirnya gimana? Tentu bikin matamu terpesona.
Karena pola yang muncul kayak sulap, tiba-tiba tersusun dengan indah dan komposisi yang menarik dan tentunya penuh dengan makna.
Proses bikin tenun ikat itu bisa juga di bilang bukan untuk yang kamu sukanya mageran, karena perlu kesabaran tingkat dewa dan ketelitian yang luar biasa detil. Tiap helai benang harus kamu ikat dengan rapi, lalu di celupkan ke pewarna terus di ikat lagi kalau kamu pengen ganti warna.
Jika di lihat prosesnya ini bukan hanya persoalan teknik, tapi terkait juga dengan konsistensi dan kepekaan artisitik. Bayangin aja, salah ikat atau salah warna bisa bikin seluruh pola atau motif yang kamu pengen buat jadi ngaco semua.
Nah kalau ngomongin filosofi, Kain tenun tu bukan sekedar cantik. Di Daerah seperti Nusa Tenggara Timur, Bali dan Sumatera, motif-motif yang kita temukan sering kali menggambarkan cerita leluhur, alam atau simbol perlindungan.
Ada juga kain tenun yang hanya di pakai saat upacara adat dan tentunya punya makna spiritual. Jadi tiap helai benang yang kamu lihat itu bener-bener punya nilai bukan sekedar estetik, tapi juga historik dan emosional.

Tenun Songket
Tenun songket itu di bilang Original Gengster of Glamour dalam dunia kain tradisional di Indonesia, kenapa ada istilah itu? Bayangin aja, motif-motif pada kain itu di bikin pakai benang emas atau perak yang di tenun di atas kain dasar, Hasilnya?
Pastilah motifnya jadi timbul dan sparkly banget! Bahkan proses bikinnya nggak sembarangan. Kesan mewah songkat bukan cuman dari tampilannya aja! Tapi juga dari proses pembuatannya yang super detil dan memang memakan waktu pembuatan yang cukup lama.
Nggak heran kalau kain songket ini biasanya hanya di pakai buat acara-acara penting aja, seperti pernikahan, upacara adat, upacara resmi atau pada momen sakral lainnya.
Bisa dibilang, kalau kamu pakai kain songket di acara adat, kamu kayak lagi pakai outfit of the year versi leluhur, sangat elegan, penuh makna dan tentu dengan berbagai cerita yang “berjiwa”
Nah, kalo di zaman sekarang, kain songket tuh tetap aja eksis dan bahkan naik daun. Kenapa demikian? Karena banyak desainer muda yang terinspirasi dan ngebranding songket ke bentuk fashion yang lebih kekinian.
Kalau kamu sukanya tampil beda dan lebih berani nunjukin culture pride dalam gaya kamu, songket adalah pilihan yang bukan hanya kece, tapi juga ngena. Karena setiap kilauan benangnya punya cerita dan warisan busaya yang layak kamu banggakan.

Tenun Sulam
Tenun sulam tuh, dalam dunia kain tradisional bisa di bilang freeestyle-nya. Karen nggak kayak terus biasa yang proses pembuatan motifnya bersamaan dengan proses penenunan. Kalau tenun sulam itu kainnya duluan yang di tenun, baru deh sulaman yang cantik itu di tambahkan di belakangnya.
Kamu bisa bayangin, kayak seniman yang lagi ngelukis di atas kanva benangnya. Setiap tusukan jarumnya ibarat goresan kuas yang penuh dengan perasaan. Hasilnya kamu bisa bayangin, karena nuansa handmade yang kuat, pastilah sangat eksotik.
Walaupun terkesan bebas dan spontan, jangan salah kira ya—semua motif sulaman ini tetap punya konsep yang matang. Para pengrajin dari Jawa, Bali, hingga Flores biasanya udah punya gambaran desain dalam pikiran mereka sebelum mulai menyulam.
Bedanya, proses penyulamannya memang belakangan, jadi lebih leluasa bereksplorasi. Inilah yang bikin tenun sulam terasa eksklusif dan personal banget. Bahkan, satu kain bisa beda motifnya dengan kain lain meskipun di kerjakan oleh tangan yang sama—karena semua tergantung inspirasi saat itu!
Dari sisi makna, tenun sulam ini sering jadi media ekspresi budaya yang luwes. Motif-motifnya bisa menggambarkan alam, cerita rakyat, atau bahkan perasaan si pengrajin. Ibaratnya, tiap jahitan itu punya cerita dan sentuhan jiwa.
Buat Gen Z yang suka hal yang orisinal dan punya soul, tenun sulam ini bisa jadi statement piece—bukan cuma soal gaya, tapi juga penghargaan terhadap proses kreatif yang penuh makna dan jujur dari akar budaya Indonesia.

Kenapa Kita Harus Peduli?
Ya harus peduli lah!!! siapa lagi kalu bukan kita generasi sekarang, masa nenek kita aja yang merawatnya? kalau mereka sudah meninggal lantas siapa yang meneruskannya? pasti kita kan!
Karena tenun itu bukan cuma soal “keren buat di foto” atau “cocok buat kemeja lebaran”. Tapi ini soal identitas budaya bangsa. Terkait peninggalan tradisi yang mungkin saja akan lenyap di telan bumi.
Di setiap tenun, ada cerita tentang alam, kepercayaan, dan harapan-harapan kecil dari para perajin yang diam-diam menyulam doa dalam benangnya. berharap ada harapan baik yang selalu melekat pada sehelai benangnya.
Dan… nggak banyak yang tahu, saat ini kain tenun berkualitas makin langka. Anak muda zaman sekarang lebih akrab sama hoodie Korea daripada kain dari kampung neneknya sendiri.
Padahal… pakai tenun itu nggak harus tua dan nggak harus mahal, tapi ada ‘cerita’ yang melakat pada pakaian tersebut.
Jadi, Mulai Dari Mana?
Saya berharap kamu dapat memulainya dengan mencari tahu:
- Tenun daerahmu dari mana? Dan dari sisi mana sehingga menarik untuk kamu beli atau kamu koleksi
- Apa motif khasnya? Ini juga akan menarik jika kamu badingkan dengan beberapa motif yang berkembang di daerah lain di indonesiaa
- Siapa penenun lokal yang bisa kamu dukung? Maksudnya bukan sebagai donatur bagi penenun, tapi dengan mengetahui dan membeli hasil tenunanya juga dapat mendukungnya
Terus bisa deh kamu pakai tenun buat gaya sendiri. Nggak harus kebaya yang terkesan kuno buat Gen Z saat ini, tapi outfit yang keren untuk kerja juga bisa menjadi pilihan yang mengasyikkan.
Kain tenun juga bisa kamu sulap atau nambahin pada hiasan dinding kamarmu, pelengkap desain tas, bahkan dapat pula kamu jadikan hiasan meja atau bagian tertentu dari kamarmu.
Dengan catatan, jangan sembarang menggunakan motif yang buat sebagian orang tua kita dulu menganggapnya ‘motif bertuah’
Tenun, Kita, dan Masa Depan
Jadi kalau mau jujur, Kain tenun bukan warisan ‘kaku’ dan sangat ‘sakral’ yang disimpan di lemari antik. Dia sama saja seperti kain yang kita beli di Mall atau Bazar Pakaian pada umumnya.
Bedanya dia bisa ‘bersuara’ dan ‘bercerita’ tentang kehidupan yang lebih arif dan mengajarkan kesantunan
Kain tenun itu hidup, dan bisa tumbuh dengan lestari kalau kita ikut menjaganya, entah sepuluh atau dua puluh tahun mendatang (entahlah:bisa jadi lenyap), semoga bukan hanya ‘tinggal cerita’
Semoga setelah baca artikel ini, kamu jadi kepikiran buat ngintip lemari nenek yang menyimpan kain tenun yang pernah di beli ketika pergi ke Pulau lombok, atau malah cari tahu event tenun di kotamu.
Siapa tahu, kamu jatuh hati sama motif bahan yang eksotik yang nggak cuma indah… tapi juga punya cerita yang membungkusnya.
Jika ada pengalaman menarik, bisa kamu berbagi cerita dalam kolom komentar ini, semoga dapat menginspirasi pembaca lainnya.
Pengulas: Baso Marannu, owner pengembang website RAHASIA (ragamhiasindonesia) saat ini sebagai peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Tinggalkan Balasan